Di Tiongkok, Harga Mobil BYD Turun Hingga 34 Persen, Kapan Berlaku di Indonesia?

harga mobil byd turun
Produsen mobil listrik merek BYD di Tiongkok, membuat kebijakan turun harga. Tak main-main, penurunan tersebut lumayan tinggi, hingga 34 persen.
0 Komentar

Meskipun total biaya lebih besar, biaya per sepeda jadi jauh lebih murah. Hal itu karena alat dan mesin yang dibeli untuk produksi 100 sepeda dibagi untuk 100 sepeda, bukan hanya 1. Biaya total tetap tinggi, tapi biaya per unit turun drastis.

Nah ilustrasi ini bisa menggambarkan BYD yang mempunyai pabrik besar. Kemudian menggunakan alat serta mesin mahal. Tapi, karena memproduksi jutaan mobil, biaya tersebut bisa dibagi jutaan unit, sehingga harga per mobil jadi lebih murah.

Tentang kebijakan Diskon 34% BYD, menurut Herry, bukanlah aksi rugi. Apa yang dilakukan pabrik mobil tersebut justru langkah cerdas. Kok bisa, bagaimana perhitungannya? 1/ Mengurangi Stok yang Menumpuk

Baca Juga:Trump vs Elon Musk Belum Usai, LA Diguncang Bentrokan Brutal, Mobil Dibakar dan Toko DijarahTrump Ingin Deportasi Elon Musk, Perseteruan Kian Panas, Siapa Menang?

Pada awal 2025, stok mobil BYD meningkat 33% di gudang mereka. Jika stok ini tidak segera laku, persediaan yang menumpuk akan turun nilainya jika tidak segera dijual. Diskon besar adalah cara efektif untuk mengurangi stok yang ada. 2/ Meningkatkan Volume Penjualan

Meskipun margin keuntungan per unit menurun, penurunan harga akan meningkatkan volume penjualan. Peningkatan jumlah unit yang terjual dapat membantu menjaga cuan.

3/ Modal yang masih sangat kuat

Baru-baru ini, BYD menerima suntikan dana sebesar Rp90 triliun dari investor. Dengan modal yang besar, mereka bisa “membakar uang” dalam jangka pendek, dengan tujuan dapat cuan yang lebih besar di masa depan

4/ Walaupun harga mobil turun, margin keuntungan masih sangat besar

Sebelum diskon, margin mereka 21%, dan setelah diskon turun sedikit menjadi 19%. Meski ada penurunan, angka tersebut tetap sangat tinggi! Hal ini dikarenakan 70% komponen mobil listrik diproduksi sendiri.

Dari zaman Biden, BYD sudah babak belur dikenakan tarif tinggi, hingga Eropa dan India yang juga memukul mundur BYD. Asia Tenggara, terutama Indonesia, menjadi satu-satunya pasar yang menyambut BYD dengan tangan terbuka.

Indonesia bahkan memberikan insentif pajak, bebas bea masuk, dan PPN ditanggung pemerintah. Dengan stok BYD yang menumpuk dan pembatasan ekspor ke Amerika dan Uni Eropa, kemana lagi perginya mobil BYD kalau bukan ke Asia Tenggara?

Bayangkan jika harga mobil BYD bisa setara dengan mobil LCGC, setelah pabrik mereka di Subang Jawa Barat beroperasi.

0 Komentar