Koleksi numismatik bisa berasal dari berbagai negara dan masa peredaran. Tidak terbatas hanya di Indonesia saja. Orang yang berkecimpung dalam dunia numismatik disebut numismatis.
Para numismatis menjadikan numismatik sebagai hobi yang mengasyikkan, biasanya karena tiga hal. Yakni: kekaguman atas desain uang (kertas maupun koin) yang beredar, nostalgia masa lalu, dan ketertarikan pada cerita di balik uang tersebut.
Para numismatis menemukan kesenangan atau kepuasan pribadi saat bisa memiliki dan mencermati gambar koleksi uang mereka. Uang kertas dan uang koin ibarat karya seni yang tak pernah bosan untuk dinikmati.
Baca Juga:Di Tiongkok, Harga Mobil BYD Turun Hingga 34 Persen, Kapan Berlaku di Indonesia?Trump vs Elon Musk Belum Usai, LA Diguncang Bentrokan Brutal, Mobil Dibakar dan Toko Dijarah
Koleksi uang lama bisa membangkitkan kenangan masa lalu, misalnya terkenang suasana masa kecil saat melihat uang koin Rp50, karena masa kecil dulu uang jajannya sebesar Rp50. Bisa juga terkenang guyonan masa kecil dengan uang kertas Rp500, yang bergambar rumah adat Kalimantan Timur dan di baliknya bergambar orang utan.
Bahkan terkenang saat menerima gaji pertama kali. Besar gaji pertama kali berapa, uangnya gambar apa, digunakan untuk apa saja, dan kenangan lain yang terlintas.
Numismatik bisa menjadi sarana edukasi sejarah dengan mengulik cerita di balik terbitnya uang kertas dan uang koin. Contohnya, Pemerintah Hindia Belanda saat masih menjajah Indonesia, melalui De Javasche Bank pernah mengeluarkan uang kertas bergambar wayang dengan tujuan untuk mendekati dan mengambil simpati penduduk Indonesia terutama di Pulau Jawa agar mau bekerja sama.
Pada tahun 1942, Jepang menginvasi Hindia Belanda. Dalam masa pendudukannya, Pemerintah Jepang mengeluarkan dua jenis mata uang kertas untuk diedarkan di wilayah Hindia Belanda, yaitu: De Japansche Regeering dan Dai Nippon Teikoku Seihu.
Pada awal peredaran ORI (Oeang Republik Indonesia) tahun 1946, terdapat kendala dalam pendistribusian ORI ke daerah-daerah. Sehingga beberapa daerah membuat ORI-nya sendiri dengan persetujuan pemerintah pusat sebagai alat tukar sementara yang dikenal dengan istilah ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah).
Pada saat konfrontasi Indonesia-Malaysia yang melahirkan Operasi Dwikora tahun 1964, pemerintah menerbitkan uang kertas seri Sukarelawan untuk mengkampanyekan dan menggelorakan semangat Dwikora.