Kaitan mendukung atau tidak dalam pilkada, Ia menyebut, jika itu adalah bagian dari dinamika demokrasi yang tidak bisa dihindari. Namun, setelah terpilih, seorang bupati harus berdiri sebagai pemimpin bagi semua, bukan hanya bagi pendukungnya.
“Pertarungan pilkada itu siklus yang tidak bisa dihindari. Pak Dian jadi bupati karena ada siklus itu, kalau tidak ada maka tidak mungkin menjadi bupati. Nah, siklus ini jangan digunakan untuk menghabisi kekuatan lawan. Walaupun tidak tampak, itu akan menimbulkan reaksi. Jadi kacamatanya harus bagaimana mewujudkan visi misi dengan memanfaatkan potensi yang ada. Karena dukung mendukung itu dalam pilkada tidak bisa dihindari,” bebernya.
Dia menegaskan, jika jabatan politik sebagai bupati adalah mandat rakyat. Bupati itu diberi mandat oleh masyarakat Kuningan. Ketika jadi bupati, ketika jadi anggota dewan, bukan berarti dia punya otoritas untuk memutus konstituen seenaknya.
Baca Juga:Usulkan 128 Calon Kepala Sekolah Tingkat SD, Disdik Cirebon Tunggu Persetujuan KemdikdasmenCegah Bank Emok, DPRD Cirebon Perkuat Regulasi Koperasi dan UMKM
Pilihannya cuma dua, pragmatis atau idealis. Kalau menganggap Kuningan tidak baik-baik saja, dengan beban utang Rp260 miliar, jabatan kosong, kemiskinan ekstrem, pengangguran tinggi, masalah perizinan yang belum beres, maka aparatur juga harus idealis. “Ya pragmatis boleh, idealis wajib, politis bisa dipakai asal untuk perbaikan,” tutupnya. (ags)