Baru 1 Kasus tapi Berpotensi KLB! Ini Penjelasan Dinkes Cirebon soal Leptospirosis 

Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah MM
TETAP WASPADA: Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon dr Hj Neneng Hasanah MM menjelaskan kasus Leptospirosis di Desa Melakasari belum masuk status KLB, kemarin. FOTO: DENY HAMDANI/RADAR CIREBON
0 Komentar

RADARCIREBON.ID -Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon memastikan belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) meski ditemukan satu kasus Leptospirosis di Desa Melakasari, Kecamatan Gebang. Meski demikian, Dinkes tetap mewaspadai potensi KLB di wilayah tersebut.

Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah MM menjelaskan, penetapan status KLB harus memenuhi kriteria tertentu.

Salah satunya adalah konfirmasi hasil laboratorium dari dua parameter yang menjadi acuan diagnosis.

Baca Juga:Normalisasi Kemiskinan SosialWawali Targetkan 5 Besar MTQH Tingkat Jabar 

“Untuk kasus yang kemarin, hasil laboratoriumnya baru satu parameter. Jadi belum bisa ditetapkan sebagai KLB,” ujar Neneng kepada Radar Cirebon, kemarin.

Meskipun belum memenuhi syarat untuk KLB, Desa Melakasari dinilai memiliki potensi tinggi terhadap penyebaran Leptospirosis. Salah satu indikasinya adalah kondisi lingkungan dan kemungkinan keberadaan tikus sebagai vektor penyakit.

“Penetapan KLB tidak hanya dari kasus manusia saja, tapi juga harus dicek vektornya. Tikus harus diperiksa, apakah membawa kuman Leptospira atau tidak,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, tiga orang lain yang diperiksa sebelumnya menunjukkan hasil negatif. Namun Dinkes tetap mengantisipasi potensi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira tersebut.

Secara umum, seluruh wilayah Kabupaten Cirebon memiliki potensi penularan Leptospirosis, terutama di kawasan pascabanjir.

Menurutnya, keberadaan tikus tidak hanya ditemukan di lingkungan kumuh, tetapi juga bisa muncul di rumah yang bersih sekalipun jika kebersihan tidak dijaga secara menyeluruh.

“Kadang bukan soal tempatnya kumuh atau tidak, tapi soal bagaimana masyarakat menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya,” ucap Neneng.

Baca Juga:PT Daya Adicipta Motora Berbagi Hewan Kurban, Pererat Kepedulian SosialSeleksi Penerimaan Murid Baru Kota Cirebon Transparan Berkeadilan

Sebelum kasus di Melakasari, Leptospirosis juga sempat ditemukan di beberapa wilayah Cirebon bagian timur dan utara, terutama setelah musim hujan atau banjir.

Sebagai langkah pencegahan, kata Neneng, Dinkes terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat, termasuk menjaga kebersihan lingkungan rumah agar terhindar dari risiko paparan penyakit menular.

Untuk diketahui, Leptospirosis adalah penyakit infeksi akibat bakteri Leptospira, yang umumnya menyebar melalui urin atau darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, dan babi.

Gejalanya mirip flu namun lebih berat, disertai pembengkakan di kaki dan tangan, serta perubahan warna kulit menjadi kuning.

0 Komentar