Penghasilan Rp50 ribu itu didapatkan Asep saat bekerja dari pagi atau jam siswa berangkat sekolah. Hingga sore sekitar pukul 18.00 WIB. Ditanya cukup atau tidak, Asep bilang harus cukup.
Sebab, tak ada pilihan pekerjaan lain. Usia yang sudah tak lagi muda kian memupuskan harapan untuk melamar pekerjaan di tempat lain. “Kalau dibilang cukup, ya harus dicukup-cukupin aja. Mau bagaimana lagi, penghasilannya cuma segitu,” bebernya.
Beruntung, pria asal Kota Cirebon yang telah menyupir angkot sejak tahun 1998 ini tak merokok. Sebab, katanya, teman-teman sopir lain yang merokok, minimal sehari habis 1 bungkus rokok. “Alhamdulillah tidak merokok,” jelasnya.
Baca Juga:SPMB untuk SMP di Kabupaten Cirebon Dimulai 23 Juni 2025, Simak AturannyaDaftar Ulang SPMB SMA di Cirebon, Ortu Ikut Alur Saja
Sementara untuk biaya setoran angkot sebesar Rp100 ribu. Kecuali saat Minggu, kata Asep, setoran didiskon Rp20-30 ribu karena merupakan hari libur. “Soalnya penumpang kebanyakan anak sekolah,” tukasnya.
Asep menambahkan, sehari-hari penumpang tidak begitu sepi. Hanya saja saingan mereka adalah ojek online (ojol). Jalur yang dilalui D2, jelas Asep, mengandalkan anak sekolah atau mahasiswa di Jalan Perjuangan tersebut.
Sementara itu, salah seorang driver angkutan online, Rian, mengatakan bahwa penghasilan dari driver online tak menentu. Namun, diakuinya mengalami penurunan dibanding saat ia pertama daftar aplikasi tersebut. “Sekarang (penghasilan) turun, terkadang rata-rata Rp70 ribu, Rp80 ribu. Ngga tentu,” ucapnya kepada Radar Cirebon, Sabtu (21/6/2025).
Sementara bagi Edi Komara (45), perbedaan standar garis kemiskinan antara BPS dan Bank Dunia bukanlah sesuatu yang terjangkau untuk menjadi bahan obrolan. Pasalnya, dengan penghasilan Rp20.000-Rp50.000 sehari, praktis yang ada di benaknya hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga.
Edi merupakan seorang tukang becak yang biasa mangkal di sisi Jalan Raya Cirebon-Bandung di Desa Palimanan Barat, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon. Setiap hari dirinya menunggu penumpang untuk diantarkan ke tempat tujuan. “Biasanya yang naik becak, dari penumpang elf yang turun atau santri yang mau pulang ke pondok,” katanya kepada Radar Cirebon.
Edi tinggal bersama seorang istri beserta lima anak. Anak sulung sudah bekerja dan menikah, sementara empat anak lainnya masih menjadi tanggunganya. Dengan penghasilan rata-rata hanya Rp20 ribu hingga Rp50 ribu perhari, dirinya harus bisa memenuhi seluruh kebutuhan keluarga.