Menurut Romy, penentuan sekolah penerima MBG akan diputuskan oleh SPPI (Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia) yang merupakan perwakilan dari BGN. Saat ini, SPPI masih dalam proses penunjukan.
“SPPI-nya dari BGN dan sampai sekarang belum ditunjuk,” terangnya.
Setelah penunjukan, SPPI dari BGN akan berkoordinasi langsung dengan pihak sekolah untuk menentukan sekolah sasaran. Dapur MBG sendiri dirancang untuk menyajikan menu bergizi yang menarik dan tidak membosankan, dengan pengawasan dari ahli gizi BGN dan masukan dari kepala sekolah.
Baca Juga:Dukungan Orang Tua Jaga Mental Capaska Kota CirebonHarga Naik Tiga Kali Lipat, Pasar Jagasatru Tutup 3 Hari karena Demo ODOL
“Menu diatur oleh ahli gizi dari BGN, kami sebagai dapur hanya mensupport. Kepala sekolah juga bisa memberikan masukan ke SPPI,” tambahnya.
SPPG Harjamukti akan dikelola oleh 47 karyawan, mayoritas warga sekitar. Pelatihan bagi para karyawan dijadwalkan mulai 7 Juli 2025, untuk memastikan kesiapan sebelum dapur mulai beroperasi penuh.
Romy juga menyampaikan rencana pengembangan program MBG di Kota Cirebon, termasuk pembangunan dapur baru di Kecamatan Kejaksan pada Agustus 2025, dengan kapasitas produksi mencapai 8.000 paket makanan per hari.
Pihaknya berharap program ini mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah sebagai upaya bersama meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah.
Ia juga mengungkapkan bahwa satu dapur MBG membutuhkan anggaran belanja sebesar Rp400 juta hingga Rp500 juta per bulan, yang dapat membuka peluang ekonomi bagi pelaku UMKM lokal. (abd)