RADARCIREBON.ID- Gus Muhammad Yusuf Wibisono SPdI Lc MA menjadi salah satu mahasiswa Indonesia jenjang doktoral di Universitas Islam Madinah (UIM) Arab Saudi. Jurusan Sejarah Islam, yang dibiayai penuh dari pemerintah Arab Saudi.
Setelah lulus S1 di Universitas Darunnajah Jakarta Selatan, Pengasuh Ponpes Assyifa Al Utsmani di Kabupaten Subang ini tak ada niatan kuliah di luar negeri. Merasa cukup untuk mencari kampus pasca sarjana di Indonesia.
Tapi takdir berkata lain. Saat itu datang kesempatan untuk melakukan tes di UIM. Tes diikuti, juga atas dorongan dari gurunya. “Alhamdulillah, atas izin Allah dan doa orang tua, bisa diterima di UIM,” kata pria yang akrab disapa Gus Yusuf itu dalam acara Dialog Khusus RCTV, Kamis (10/7/2025).
Baca Juga:Ramai-ramai Daftar KI Kota Cirebon: Ada Eks Ketua DPRD hingga Pensiunan KadisSPMB 2025: Ada 46 SMP Negeri di Kabupaten Cirebon Kekurangan Siswa
Gus Yusuf yang juga tinggal di Kabupaten Subang ini memiliki alasan memilih Kota Madinah di Arab Saudi. Alasan utama, imbuhnya, karena Madinah adalah kota-nya Rasulullah Muhammad SAW. “Di sana tempat tinggal sampai makam Rasulullah Muhammad SAW. Mencari ilmu sekaligus ngalap berkah,” jelasnya.
Beasiswa yang diterima Gus Yusuf mengakomodir semua kebutuhan. Bukan saja biaya akademik, tapi dapat uang saku. Ia pun membagikan tips apa saja yang perlu dipersiapkan untuk bisa lolos menjadi mahasiswa UIM.
Katanya, paling pertama harus mempersiapkan kelengkapan berkas. Seperti ijazah, transkip nilai termasuk paspor. Dokumen persyaratan harus sudah ditranskip ke Bahasa Arab.
Ketika tiba waktu ujian, imbuh dia, minimal harus hafal 1 juz dalam Alquran. Lebih banyak, akan lebih baik. “Karena terkadang pengujinya menanyakan hapalan,” tutur Gus Yusuf.
Persyaratan selanjutnya yaitu minimal harus bisa Bahasa Arab. Persyaratan satu ini, banyak calon mahasiswa yang sebelumnya mengambil kursus Bahasa Arab. “Kemudian pengetahuan umum, sejarah islam, ilmu fiqih, hadis. Minimal tahu dasarnya saja,” ucap Gus Yusuf.
Ia juga bercerita soal kultur di Arab Saudi. Yang tak ada RT/RW seperti di Indonesia. Antar-tetangga pun, imbuh Gus Yusuf, tidak saling bertegur sapa. Cenderung saling cuek. “Kemajemukan warganya, kalau di Indonesia kan beragam. Di sana, mengenalnya antar bangsa seperti warga Pakistan, Bangladesh, Mesir, Indonesia dan lain-lain,” ucap Gus Yusuf.