RADARCIREBON.ID – Pada Jumat 11 Juli 2025, bursa saham Indonesia menutup sesi perdagangan pekan kedua dengan mencatatkan kenaikan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 0,60% menjadi 7.047. Naik signifikan 182 poin dibanding akhir pekan sebelumnya di posisi 6.865.
Hanya sayang, investor asing mencatatkan arus keluar ekuitas senilai USD144 juta selama sepekan kemarin. Hal ini seperti dalam laporan Weekly Commentary PT Ashmore Asset Management Indonesia.
Baca Juga:Kebijakan KDM Makan Korban, Akibat Penutupan Galian C, Sejumlah Proyek TertundaBeredar Undangan Pengajian Jelang Pernikahan Anak KDM, Bakal Besanan dengan Kapolda Metro Jaya
Ashmore mencatat sejumlah peristiwa penting sepanjang pekan kemarin. Sektor dengan kinerja terbaik adalah Infrastruktur dan Energi. Masing-masing melesat +6,51% dan +3,85%.
Sementara itu, Bitcoin mencatatkan dengan performa terbaik minggu kemarin. Bitcoin mencatatkan kenaikan +9,99%. Selain Bitcoin, juga Batu Bara yang mencatatkan kenaikan +3,68%.
Sebaliknya, terjadi koreksi pada Indeks Nikkei (-0,61%) dan Indeks Dow Jones Industrial (-0,40%).
Ashmore juga mencatat, data klaim awal tunjangan pengangguran di AS minggu ini turun dibandingkan minggu sebelumnya. Hal ini menandai penurunan empat minggu berturut-turut.
“Data ini menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja AS meskipun suku bunga tinggi dan ketidakpastian meningkat,” tulis Ashmore.
Di kawasan Eropa, data penjualan ritel tahunan terlihat lebih kuat dari perkiraan. Hanya saja masih menjadi yang terlemah sejak Juli 2024. Secara bulanan, terjadi kontraksi sejalan dengan konsensus.
Di Jerman, surplus neraca perdagangan meningkat lebih dari perkiraan. Hal ini dikarenakan ekspor terkontraksi lebih lambat dibanding impor.
Baca Juga:Jangan Hanya Al Ihsan, KDM Ditantang Ganti Nama RS Santo Borromeus, Biar Lebih NyundaOle Romeny Cedera Dilanggar Paulinho Moccelin, Warganet Marah
Sementara itu, produksi industri bulanan secara tak terduga meningkat. Didorong oleh sektor otomotif, farmasi, dan energi.
Data inflasi tahunan Jerman juga terus melambat. Dari puncaknya pada Desember tahun lalu dan masih sejalan dengan ekspektasi.
Di Asia, surplus neraca transaksi berjalan Jepang pada Mei lalu meningkat melebihi perkiraan. Penyebabnya sebagian karena ekspor mengalami kontraksi yang lebih kecil dibanding impor.
Di China, tingkat inflasi tahunan mencatatkan nilai positif pertama pada Juni. Padahal selama empat bulan berturut-turut deflasi, didorong oleh pengeluaran melalui e-commerce.
Di Indonesia, data keyakinan konsumen meningkat tipis. Walau meningkat, namun masih lebih lemah dari ekspektasi.
Ashmore menyoroti data klaim awal pengangguran di AS pekan kemarin yang terus menurun. Hal ini mencerminkan ketahanan pasar kerja meskipun dalam kondisi yang menantang. Namun, fokus pasar kini beralih ke data inflasi dalam waktu dekat sebagai indikator arah kebijakan The Fed.