Akibatnya, banyak pengerjaan proyek pemerintah maupun swasta tertunda. Sambil menunggu pasokan material.
“Kalaupun tersedia material, biasanya dari Garut dengan harga yang sangat mahal, bahkan bisa mencapai dua kali lipat. Sementara para pekerja proyek harus tetap menunggu, namun upah mereka tetap harus dibayarkan meskipun progres pekerjaan tidak berjalan,” ungkapnya.
Tak hanya berdampak pada material yang susah di dapat, penutupan tambang juga menyebabkan gangguan di lingkungan sekitar proyek. Protes masyarakat timbul akibat akses jalan yang ditutup dalam waktu lama, menimbulkan kegaduhan dan ketidaknyamanan.
Baca Juga:Beredar Undangan Pengajian Jelang Pernikahan Anak KDM, Bakal Besanan dengan Kapolda Metro JayaJangan Hanya Al Ihsan, KDM Ditantang Ganti Nama RS Santo Borromeus, Biar Lebih Nyunda
Karena situasi ini, ungkap dia, sebagian pengusaha memilih menghentikan proyek mereka daripada menanggung kerugian lebih besar akibat penundaan yang berkepanjangan.
Para pengusaha konstruksi berharap pemerintah segera mencari solusi dengan membuka kembali aktivitas Galian C agar operasional tambang batu dan pasir dapat berlangsung normal.
Dengan demikian, pengerjaan proyek infrastruktur yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai jadwal. “Tolong ada solusi agar Galian C bisa beroperasi kembali sehingga proyek kami dapat berjalan lancar dan pekerja dapat kembali mendapatkan penghasilan,” pintanya.
Dia berharap, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, memberi perhatian serius terhadap masalah ini. Hal tersebut demi menjaga kelangsungan pembangunan sekaligus kesejahteraan pekerja.