Ditambah lagi ada kebijakan dari SMK Negeri yang memberikan kesempatan kepada siswa yang tak lolos pada Gelombang I, untuk masuk ke Gelombang II untuk memaksimalkan jumlah siswa per rombel berdasarkan ruang kelas. Mirisnya lagi, ada beberapa siswa yang sudah mendaftar ke SMK swasta, justru cabut berkas dari sekolah swasta dan kembali mendaftar ke SMK Negeri.
Kondisi serupa dirasakan oleh SMK Veteran Kota Cirebon yang hanya mendapatkan 11 murid baru. Jumlah tersebut juga turun drastis dibandingkan tahun 2024 yang mendapatkan 30 siswa.
“Di SMK Veteran kita dapat 11 murid baru. Ya kita syukuri meskipun sangat jauh dari yang kita inginkan. Ke depan dampaknya sangat besar terhadap guru dan staf,” kata Kepala SMK Veteran Kota Cirebon Wahyu Hidayat.
Baca Juga:Masih Ada Beberapa PKL di Bahu Jalan Kawasan Trusmi, Kasatpol PP: Mohon KesadarannyaGaji 14 Juta per bulan, Lowongan Komisioner Komisi Informasi Kota Cirebon Diserbu 57 Pendaftar
Kata Wahyu, salah satu sebab minat siswa melanjutkan ke SMK swasta turun adalah kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang memaksimalkan 50 siswa per rombel. Sehingga, sekolah negeri yang dalam satu angkatan biasanya menerima 500 siswa, kini bisa menerima 700 siswa.
“Ini (kebijakan KDM) sangat mempengaruhi. Misalkan, lulusan SMP di Kota Cirebon ada 5.000, kemudian daya tampung SMA Negeri bertambah menjadi 5.000 juga, ya habis. Ini seperti menyedot rizki sekolah swasta,” tuturnya.
Ia meminta kepada pemerintah agar lebih bijak pada sekolah swasta yang kecil. Ia mengatakan sekolah yang mereka kelola merupakan sekolah yang murah dengan menyasar masyarakat bawah. Pembayaran bisa dicicil. Jadi pihaknya berharap kepada pemerintah agar siswa yang potensi anak putus sekolah disebar ke sekolah swasta. (cep)