Lalu bagaimana prosesnya? Langkah pertama pengusulan. Semua proyek negara dimulai dari bawah. Biasanya dari rapat musyawarah desa atau keluhan warga ke lurah atau camat.
Aspirasi itu lalu dirapatkan, diketik, dan dibuat proposal. Setelah itu dikirim ke dinas. Diteruskan ke kabupaten. Lalu dipilah, diajukan lagi ke provinsi atau ke pemerintah pusat.
Dari situ dimasukkan ke daftar rencana anggaran pembangunan. Kalau lolos, akan muncul di APBD atau APBN tahun berjalan. Disahkan dan di ditetapkan menjadi program resmi. Dan di situlah angka mulai berubah.
Baca Juga:Investasi Perak, Emas Kedua yang Menjanjikan, Begini Untung RuginyaTrik Licik Cuci Uang, Cara Ubah Yang Haram Jadi 'Halal'
Awalnya cuma minta membangun jembatan kayu sederhana. Usulan di desa nilainya masih Rp200 juta.Sampai ke atas, tiba-tiba menjadi jembatan beton nilainya Rp 3 miliar.
Langkah kedua, proyek dilempar ke bawah. Setelah proyek Rp 3 miliar disetujui di pusat, yang memperoleh proyek biasanya bukan tukang, bukan warga lokal, bukan ahli, tapi perusahaan yang dekat dengan kekuasaan.
Akhirnya dipilihlah, kontraktor pertama yang dekat dengan pejabat. Tapi lucunya, perusahaan kontraktor pertama itu tidak bekerja. Toh mengapa harus susah-susah kerja. Sunat sebagian, lalu dilempar proyeknya ke kontraktor level dua.
Kontraktor ini ibaratnya sub-sub kontraktor. Kalau kontaktor kedua tak sanggup juga, dilempar lagi ke kontraktor tiga. Akhirnya dilempar lagi ke tukang lokal.
Bahkan yang lebih culas, diserahkan ke kepala desa untuk mencari pekerja sendiri. Jadi uang Rp 3 miliar itu ‘nyangkut’ di banyak tangan.
Contohnya lebih detailnya seperti ini: Dana proyek dari Pemerintah Pusat Rp3.000.000.000. Turun, perusahaan pusat mengambil jatah Rp500 juta buat “koordinasi”.
Fee buat oknum dinas Rp300 juta. Operasional mark-up dan dokumen Rp200 juta. Dilempar ke kontraktor kecil tinggal Rp2 miliar. Kontraktor kecil mengambil lagi untung Rp500 juta. Sisa dana ke lapangan tinggal Rp1,5 miliar
Baca Juga:Apakah Investasi Perak Menguntungkan? Simak Cara Berinvestasi Bagi PemulaMengenal Perak, Logam Mulia yang Terlupakan
Lalu dengan Rp1,5 miliar, jalan, jembatan, atau gedung harus jadi. Akhirnya kualitas dipotong. Aspal dicampur kerikil. Semen dikurangin. Besi tulangan disubstitusi. Yang penting ada bentuknya. Bisa difoto dan bisa dilaporkan: “Selesai 100 Persen”.
Langkah ketiga dengan memanipulasi laporan. Setelah proyek dikerjakan, walau seadanya, tahap berikutnya adalah menyulap kenyataan menjadi laporan sempurna.