Makanya, agar selamat dari pajak dan KPK, uang yang tadinya haram perlu “dicuci” dulu. Tentu tujuannya agar asal-usulnya berubah, menjadi uang “halal”. Begitu dilihat, seolah-olah itu uang hasil kerja keras.
“Ambil contoh sederhana. Namanya Pak Johan. Orang-orang tahunya dia pengusaha biasa. Tapi di balik itu, dia adalah bandar sabu. Dalam 6 bulan, dia kumpulkan uang kotor 3 miliar dari jualan narkoba,” ujarnya.
Masalahnya, uang sebanyak itu tak bisa sembarangan dipakai. Dia tak bisa tiba-tiba setor ke bank karena nanti muncul pertanyaan: “Kok bisa punya uang segini? Usaha apa? Lapor pajak gak?”
Baca Juga:Apakah Investasi Perak Menguntungkan? Simak Cara Berinvestasi Bagi PemulaMengenal Perak, Logam Mulia yang Terlupakan
Dia juga tak bisa membeli rumah cash miliaran, atau membeli mobil Alphard atas nama sendiri. Polisi bisa curiga. Laporan pajak tidak cocok. Bisa terkena jerat pencucian uang.
“Lalu dia curhat ke temannya. Temannya bilang: sudah, lo bikin aja usaha. Cafe kek, warung kek. Gak usah rame-rame. Yang penting legal,” begitu dia mengibaratkan.
“Kalau cafe lo sepi juga gak masalah. Nanti lo tinggal setor uang haram itu dikit-dikit ke kasir, trus bilang itu penjualan harian. Uangnya udah kelihatan halal,” ungkapnya lagi.
Akhirnya Pak Johan membuka kafe kecil di pinggir kota. Modal awal Rp500 juta. Tempatnya lumayan bagus, tapi sepi.
Tak ada pelanggan tetap, tak ada promo, tidak jelas jualan apa. Tapi tiap bulan, stafnya diminta lapor ada penjualan Rp100 juta.
Padahal tak ada pembeli. Tidak ada transaksi. Uang itu disetor langsung oleh Pak Johan, dicatat sebagai hasil penjualan kopi dan makanan.
Lama-lama, uang haram itu masuk rapi ke rekening bisnis. Kelihatan sah. Ada laporan keuangan. Ada slip gaji. Ada bayar pajak.
Baca Juga:Cara Orang Kaya Ngakali Pajak, Trik Yang Jarang Diketahui Banyak OrangInfrastruktur dan Energi Catat Kinerja Terbaik, Bitcoin dan Batu Bara Juga Turut Melesat
“Jadi nanti kalau Pak Johan mau beli rumah, beli mobil, atau buka usaha lain uangnya udah kelihatan legal,” tandasnya.
Dari luar, dia tampak pengusaha sukses. Padahal aslinya hanya nyuci dosa. Padahal kopi yang laku hanya 3 gelas sehari. Tapi di laporan keuangan tertulis, penjualan bulan Juni Rp120.000.000.