Sepertinya yang mengoplos beras, hati dan pikirannya sudah tertutup total. Coba saja bayangkan, sudah berasnya mahal, isinya tak sesuai. Takarannya juga dikurangi.
Tak banyak yang tahu memang soal itu, apakah pemerintah terlalu longgar mengawasi distribusi beras? Tapi kalau dari tahun 2019 itu sudah lama sekali.
Mudah-mudahan saja kasus ini benar-benar ditangani serius. Soalnya ini berhubungan dengan perut dan hajat orang banyak.
Baca Juga:Momen Lesti Kejora dan Sammy Simorangkir Diminta Hakim MK Suhartoyo Menyanyi di Sidang Uji Materi UU Hak CiptaGaji Rp 5 Juta Sebulan, Punya Anak-Isteri dan Bisa Nabung, Bagaimana Caranya?
Ditambah lagi, pengeluaran masyarakat itu kebanyakan memang untuk makanan, beras pasti termasuk di dalamnya.
Jadi, kalo sampai beras dioplos atau tak sesuai mutu, yang paling rugi masyarakat. Soalnya mereka udah spend hampir separuh duit untuk membeli makanan.
Terus, sebagai masyarakat harus bagaimana? Berhubung kata pemerintah kasus ini sudah tersebar hampir seluruh Indonesia dan 86% beras yg beredar tak sesuai standar, mau tak mau harus beusaha sendiri.
Caranya, bisa melihat beras sebelum dan sesudah diolah menjadi nasi. Beras oplos itu baunya tak alami, warna juga seragam. Selain itu, nasi dari beras oplosan tak mudah basi, dan berasnya tak dikerubungi kutu.