RADARCIREBON.ID – Mosi tidak percaya sejumlah cabang olahraga (cabor) kepada ketua KONI Kabupaten Cirebon Sutardi Raharja dianggap sah dan sesuai AD/ART.
Hal itu diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) Kabupaten Cirebon, Arif Rahman Hakim.
“Terkait mosi tidak percaya, itu sebenarnya sah dan diatur dalam AD/ART. Mosi adalah bentuk ekspresi ketidakpercayaan cabor terhadap pengurus KONI. Jadi tidak perlu dianggap hal yang tabu,” tegas Arif Rahman Hakim kepada Radar Cirebon, Selasa (29/7).
Baca Juga:Telkom Gandeng 5 Sekolah Percepat Digitalisasi PendidikanUNU Cirebon dan KemenP2MI Jalin Kerja Sama
Diakui Arif, pihaknya sudah pernah mengingatkan ketua KONI Kabupaten Cirebon, Sutardi, terkait permasalahan internal yang kian meruncing.
Bahkan, beberapa cabor lainnya pun telah menyuarakan hal serupa, agar roda organisasi KONI bisa kembali berjalan sesuai harapan dan cita-cita bersama.
Selain itu, ia pun mendorong para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk turun tangan membantu mencari solusi terbaik demi kelangsungan pembinaan olahraga di Kabupaten Cirebon.
Di sisi lain, Arif juga menyesalkan adanya penundaan pencairan dana hibah dari Pemerintah Kabupaten Cirebon, karena bisa merugikan atlet.
Kekhawatiran ini muncul lantaran mulai Agustus mendatang, sejumlah cabor akan mengikuti Babak Kualifikasi (BK) menuju Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat.
Senada disampaikan, Ketua Cabang Olahraga (Cabor) Pentathlon Kabupaten Cirebon, Berry Kusuma Drajat. Ia pun menyayangkan kisruh internal berdampak pada proses pencarian dana hibah tahap tiga untuk kepentingan BK Porprov.
Anggota DPRD Kabupaten Cirebon itu hanya bisa berharap, agar persoalan internal KONI dapat segera terselesaikan. “Jangan sampai Kisruh internal KONI berdampak pada atlet yang hendak mengikuti BK Porprov,” ujar Berry.
Baca Juga:Bupati Imron Apresiasi Roadshow KPK ke Kabupaten Cirebon Telkom Gelar IDL 2025 di Cirebon, Dorong Literasi Digital Guru
Sebelumnya, Plt Kepala Dispora Kabupaten Cirebon, Jois Putra SE menilai, kondisi internal KONI saat ini tidak sehat.
Apalagi, pengurus inti yang seharusnya menjadi motor organisasi justru memilih mundur. “Kalau sekretaris dan bendahara sudah mundur, apakah KONI bisa dikatakan sehat?” sindirnya.
Menurut Jois, sebagai dewan pembina, pihaknya hanya melakukan langkah pembinaan dengan memanggil ketua KONI. Ia membantah tudingan bahwa dirinya memaksa Sutardi untuk mundur.