RADARCIREBON.ID – Belakangan ini di mana-mana sedang marak dengan fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’. Fenomena ini sebenarnya menunjukkan jika kondisi ekonomi Indonesia sedang ada masalah.
Setidaknya hal itu yang menjadi pandangan akun konsultan keuangan “100 Juta Pertama” dalam postingannya di media sosial X, baru-baru ini.
“Rojali dan Rohana bukan istilah lucu-lucuan! Ini tentang ‘alarm’ untuk pemerintah jika kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja,” tulis akun tersebut memulai postingannya.
Baca Juga:Gelombang Tsunami Rusia Sudah Sampai Jepang, BMKG: Sampai di Indonesia Pukul 14.52 WITAGempa Bumi Rusia, BMKG Prediksi Tsunami sampai ke Indonesia Pukul 14.52 WITA
Menurutnya, ini juga bukan hanya soal ekonomi, tapi ada faktor lain yang membuat ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ makin marak di mana-mana.
Seperti diketahui, ‘Rojali’ itu singkatan dari rombongan jarang beli. Sedangkan ‘Rohana’ merupakan kependekan dari rombongan hanya tanya.
Menurut akun tersebut, intinya ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ itu adalah orang yang datang ke mall, tapi tidak berbelanja. Mereka hanya jalan-jalan dan lihat-lihat saja.
Fenomena tersebut sebenarnya memperlihatkan jika kondisi kelas menengah yang sedang rentan, akibat ekonomi yang memburuk.
Mengapa kelas menengah yang diidentikkan dengan ‘Rohana’ dan ‘Rojali’? Karena memang kelas tersebutlah yang biasanya sering belanja ke mal, jika kondisi ekonomi mereka baik-baik saja.
Sementara yang dimaksud ekonomi sedang rentan, karena masyarakat terhimpit oleh kondisi yang tidak ideal. Seperti kebutuhan banyak yang naik, tapi di sisi lain pendapatan cenderung stagnan, bahkan menurun.
Menurut akun tersebut, setidaknya ada 3 tanda jika ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Apa saja itu?
1. Tabungan terus turun
Baca Juga:Dampak Gempa Kamchatka Rusia, 10 Pesisir di Indonesia Berpotensi Tsunami Mulai Pukul 14.20 WITATarif Impor 19 Persen AS untuk Produk Indonesia, Ibarat Jalan Tol Gratis versus Jalan Biasa Berbayar
Menurut Bank Indonesia (BI), porsi tabungan masyarakat Indonesia terus turun dari waktu ke waktu. Bahkan sekarang ini kondisinya mirip seperti ketika pandemi Covid-19.
Contoh, kelompok dengan pengeluaran Rp5 juta, porsi tabungannya turun, dari 19,3% pada Januari 2024, menjadi hanya 16,3% di Februari 2025.
2. Kebutuhan pokok naik
Mengapa tabungan turun? Bisa jadi faktornya karena masyarakat menggunakan tabungan untuk belanja kebutuhan pokok yang sedang naik.
Yang mengerikan, kebutuhan pokok tersebut naiknya luar biasa tinggi. Bisa mencapai 20 persen dari tahun sebelumnya.