3. Penyaluran pinjol naik
Bukti lain, jika ekonomi sedang rentan adalah dari penyaluran pinjaman online (pinjol). Pinjaman ini cenderung naik dari tahun 2024 ke 2025.
Penyaluran pinjol pada Maret 2024 sebesar Rp22,76 triliun. Setahun kemudian, tepatnya pada Maret 2025 naik menjadi jadi Rp27.92 triliun. Naiknya penyaluran pinjol karena banyak orang yang butuh uang.
Tiga faktor tersebut menggambarkan cukup jelas jika kondisi ekonomi Indonesia lagi tidak beres. Jadi, akibatnya fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ menjamur, terutama di kota-kota besar.
Baca Juga:Gelombang Tsunami Rusia Sudah Sampai Jepang, BMKG: Sampai di Indonesia Pukul 14.52 WITAGempa Bumi Rusia, BMKG Prediksi Tsunami sampai ke Indonesia Pukul 14.52 WITA
Tiga faktor pertanda ekonomi yang sedang rentan tersebut, belum termasuk Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Ternyata jumlah yang terkena PHK belakangan cenderung naik.
Tapi ada juga, fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ itu akibat perubahan orang dari belanja dari offline ke online. Soalnya, dilihat dari data, transaksi eccommerce di Indonesia, selama 5 tahun terkahir naik signifikan.
Lalu, mengapa masyarakat sekarang suka berbelanja online? Alasannya karena harga di marketplace cenderung lebih murah.
Bahkan, ada orang yang datang ke mal hanya memastikan produk incarannya sesuai seperti di online. Termasuk mengecek harga, lebih murah di mal atau di online.
“Jadi misal, nyoba dulu sepatu di mall, kalau ukurannya pas, mereka beli di marketplace,” begitu akun tersebut menjelaskan.
Belakangan ini efek ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ juga sudah mulai terasa. Khususnya bagi mereka yang memiliki usaha di mal. Seperti rumah makan.
Mereka sudah mulai mengeluh. Soalnya banyak orang yang datang ke restoran cuma buat ngopi. Kemudian nongkrong berjam-jam, tanpa memesan yang lain.
Baca Juga:Dampak Gempa Kamchatka Rusia, 10 Pesisir di Indonesia Berpotensi Tsunami Mulai Pukul 14.20 WITATarif Impor 19 Persen AS untuk Produk Indonesia, Ibarat Jalan Tol Gratis versus Jalan Biasa Berbayar
Efek lainnya dari fenomena tersebut adalah turunnya pendapatan mal. Misalnya saja Ramayana yang labanya turun sampai 7% di awal tahun 2025.
Tapi ada pula mal yang justru labanya naik di tengah isu fenomena itu. Jadi ini bukan gambaran utuh. Tapi tetap bisa menjadi sinyal atau lampu kuning, biar pengusaha mal hati-hati.
Solusinya bagaimana? Solusinya tentu pemerintah harus berupaya agar ekonomi membaik. Kemudian lapangan kerja diperbanyak. Juga harga barang pokok jangan terlalu mahal. Intinya bisa membuat daya beli naik lagi.