“Sejauh ini arahan dari gubernur melalui Dinas Pendidikan, bahwa anak-anak yang penting sekolah dulu. Kami dari pihak sekolah tidak diperkenankan untuk menyediakan itu,” jelasnya.
Sejauh ini yang terlihat seragam, imbuh dia, yaitu Pakaian Seragam Anak Sekolah atau PSAS (putih abu-abu) dan baju pramuka. Sebab, jenis seragam tersebut tidak mencirikan identitas sekolah. Bisa dibeli di mana pun.
Untuk atribut seperti bet sekolah, kata Sofian, terjual bebas di pasaran. Terkait seragam SMP (batik/olahraga) yang akan digunakan selama 3 tahun ke depan bersekolah di SMA, Sofian menyebut bahwa itu memungkinkan. Selama tak ada instruksi lebih lanjut dari pemangku kebijakan.
Baca Juga:Kaki Siswi MA di Cirebon Nyangkut di Pagar Sekolah, Petugas Damkar pun Turun TanganGAPITT Kecewa Bupati Cirebon Tetap Ikut KDM yang Larang Study Tour
“Kita belum tahu apakah akan ada perubahan kebijakan atau bagaimana. Tapi melihat arahan pimpinan lewat surat edaran, sudah jelas (tidak ada pengadaan seragam),” tandasnya.
Ya, SMA Negeri yang tak memfasilitasi pengadaan seragam sekolah jadi dilema tersendiri bagi orang tua. Ortu bingung, harus mencari seragam di mana? Meski, sekolah sendiri tak mewajibkan penggunaan seragam baru sesuai SMA tujuan.
Tapi faktanya, ada keinginan anak untuk memakai seragam sekolah kebanggaan. Apalagi bagi siswa kelas X yang baru menginjak bangku putih abu-abu. “Ga tahu mau cari (seragam batik/olahraga) di mana. Paling rencananya buat sendiri di tukang jahit,” ucap Emi, warga Kabupaten Cirebon yang anaknya sekolah di salah satu SMAN di Kota Cirebon.
Berdasarkan pantauan sehari-hari, hingga pekan ini KBM berlangsung di tingkat SMA, siswa kelas X beberapa masih terlihat menggunakan seragam batik dari sekolah asal (SMP). Belum tahun ajaran baru ini, toko seragam sekolah di Jalan Jagasatru dan Jalan Lawanggada, Kota Cirebon, juga dipadati para orang tua.
Di Jalan Jagasatru misalnya, mereka mencari kebutuhan atribut (bet/logo sekolah) SMA Negeri yang memang diperjual-belikan. Hampir semua sekolah ada. “Untuk dasi dengan logo SMA, harus bordir sendiri. Beli dasi polos dan bet sekolah, lalu dijahit dan dibordir di tukang jahit,” imbuh Emi.
Namun ia menganggap itu bukan sebuah keluhan yang berarti. Ia merasa sekadar persoalan seragam, yang tak berdampak serius pada proses pembelajaran anak. “Tapi terkadang ada keinginan anak untuk pakai seragam sekolah SMA,” pungkasnya. (ade/awr)