RADARCIREBON.ID– Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) angkat bicara menanggapi kritik terhadap program regenerasi petani muda yang dinilai hanya seremonial belaka.
Kepala Diskatan Kuningan Dr Wahyu Hidayah menegaskan bahwa regenerasi petani di Kuningan bukan sekadar slogan, melainkan program nyata yang sedang berjalan dengan pendekatan bertahap dan terukur.
“Kami memahami kekhawatiran berbagai pihak terkait isu regenerasi petani, namun perlu kami luruskan bahwa proses ini sedang berlangsung secara serius dan berkelanjutan. Ini bukan panggung, tapi gerakan,” tegas Wahyu, Rabu (6/8).
Baca Juga:Gebyar 10.001 Merah Putih Siap Meriahkan HUT ke-80 RI di Gedung Perundingan Linggarjati KuninganDudy Pamuji Tuntaskan Pembentukan Pengurus LPM di 32 Kecamatan
Mengacu pada data Sensus Pertanian 2023 (ST2023) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kuningan, tercatat sebanyak 10.674 orang petani milenial (usia 19–39 tahun) dari total 60.797 petani yang terdata.
Angka ini setara dengan 17,56 persen, atau sekitar 1 dari setiap 6 petani di Kuningan adalah generasi muda.
“Ini pondasi penting dalam regenerasi petani. Saat daerah lain kesulitan mencari anak muda yang mau bertani, di Kuningan justru sudah mulai terbentuk ekosistemnya,” ujarnya.
Tak hanya soal usia, transformasi digital juga menjadi penanda penting dari modernisasi sektor pertanian.
Dari data yang sama, sebanyak 89,55 persen atau 54.453 petani di Kuningan telah memanfaatkan teknologi digital dalam proses pertaniannya.
“Penggunaan aplikasi pertanian, pemasaran online, irigasi pintar, dan pupuk modern sudah menjadi bagian dari praktik harian para petani kita. Ini bukti bahwa pertanian kita tidak tertinggal,” terangnya.
Selain di lahan pertanian konvensional, regenerasi juga berlangsung melalui jalur urban farming atau pertanian perkotaan.
Baca Juga:DPRD Desak Transformasi Radikal Sektor Pertanian dalam RPJMD 2025-2029Hangat dan Penuh Keakraban, Pemkab Kuningan Sambut Kepala Kejaksaan Negeri yang Baru
ST2023 mencatat 69 rumah tangga dan 69 unit usaha individu di Kuningan aktif mengembangkan pertanian di lahan terbatas.
“Urban farming ini sangat relevan bagi generasi muda dan ibu rumah tangga di kawasan perkotaan. Kami sudah melakukan pelatihan, penyediaan bibit hortikultura, dan kerja sama dengan PKK serta Kelompok Wanita Tani (KWT),” katanya.
Pihaknya telah menyusun berbagai strategi untuk mempercepat regenerasi petani, di antaranya pelatihan dan sekolah lapang untuk petani muda melalui kerja sama dengan BPP dan para penyuluh.
Kemudian pemberdayaan petani melalui bantuan alat mesin pertanian dan teknologi, kegiatan demplot teknologi berbasis ketahanan pangan di desa-desa.