Ekowisata Mangrove Karangsong: Dulu Kawasan Terabrasi, Kini Pusat Edukasi dan Konservasi

Ekowisata Mangrove Karangsong
SUDAH BERUBAH: Ekowisata Mangrove Karangsong dikenal sebagai salah satu kawasan wisata edukatif dan konservatif. Kawasan ini sukses disulap menjadi hutan mangrove yang lestari. FOTO: BURHANUDIN/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

INDRAMAYU – Ekowisata Mangrove Karangsong kini dikenal sebagai salah satu kawasan wisata edukatif dan konservatif, yang sukses menyulap wilayah terabrasi menjadi hutan mangrove yang lestari. Di balik keberhasilan ini, terdapat perjalanan panjang penuh dedikasi sejak tahun 1983.

Menurut Eka Tarika, pengelola Ekowisata Mangrove Karangsong sekaligus Ketua Kelompok Tani Pantai Lestari, abrasi parah yang terjadi di Pantai Karangsong sejak 1983 hingga 2008, menjadi awal mula kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan pesisir.

“Pada tahun 2008, dibentuklah Kelompok Tani Pantai Lestari untuk mulai melakukan penanaman bibit mangrove sebagai upaya menanggulangi abrasi,” ujar Eka saat ditemui di kawasan ekowisata.

Baca Juga:Ribuan Paket Sembako Pasar Murah Kejari Cirebon Ludes Diserbu WargaKuota Haji Dikorupsi, Kerugian Negara hingga Rp1 Triliun

Tahun 2009 menjadi tonggak penting ketika penanaman mangrove mulai dilakukan secara aktif, oleh kelompok masyarakat dengan dukungan dari berbagai instansi.

Di tahun yang sama, lahirlah Peraturan Desa (Perdes) Nomor 20 Tahun 2009 tentang Daerah Perlindungan Mangrove, sebagai dasar hukum perlindungan kawasan tersebut. Upaya konservasi terus diperkuat. Pada 2010, sebanyak 5.000 bibit mangrove ditanam berkat dukungan PT Pertamina RU VI Balongan.

“Selanjutnya, periode 2011 hingga 2013 menjadi masa berkembangnya kegiatan edukatif terkait mangrove, termasuk pelibatan masyarakat dalam konservasi dan penguatan kelembagaan,” tutur Eka.

Tahun 2014, Bupati Indramayu mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) di kawasan tersebut.

Di tahun yang sama, infrastruktur awal untuk ekowisata mulai dibangun melalui pembuatan track mangrove. Pada 2015, kawasan hutan mangrove Karangsong resmi dibuka sebagai Ekowisata Mangrove Karangsong, menandai babak baru sebagai destinasi wisata berbasis lingkungan.

Tahun berikutnya, 2016, menjadi momen penting dengan kedatangan Menteri Lingkungan Hidup dalam kegiatan Coastal Clean Up, yang diselenggarakan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Puncaknya, pada 2017, melalui keputusan bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan ini ditetapkan sebagai pusat riset dan penelitian mangrove untuk wilayah Indonesia bagian barat.

Baca Juga:Polres Indramayu Dalami Kasus Penemuan Jenazah PA Disertai Kebakaran di Kamar Kos Wilayah Singajaya IndramayuCabor Diminta Sabar, Dispora Cirebon Yakin Putusan KONI Jabar Segera Diumumkan Pekan Ini

Dari 2018, kapasitas pengelola terus ditingkatkan guna memastikan keberlanjutan dan kualitas pelayanan kepada pengunjung.

Menurut Eka, hingga tahun 2025, Ekowisata Mangrove Karangsong tetap aktif dan terus berkembang, sebagai contoh sukses restorasi ekosistem mangrove berbasis masyarakat. “Dari sekadar menangkal abrasi, kini kami menjadi tempat belajar, wisata, dan pusat penelitian. Semua ini berkat semangat gotong royong masyarakat dan dukungan berbagai pihak,” tutup Eka Tarika. (han)

0 Komentar