Harapan di Piala AFF Rontok, Timnas Putri Indonesia Imbang Melawan Kamboja

Timnas putri Indonesia
GAGAL: Pemain Timnas putri Indonesia, Estella Loupatty saat berlaga pada ajang Piala AFF Wanita 2025 di Viet Tri, Vietnam, Selasa (12/8). Foto: Dokumentasi Kita Garuda
0 Komentar

PHUTHO – Timnas putri Indonesia harus puas bermain imbang melawan Kamboja di laga pemungkas Grup A Piala AFF Wanita 2025. Berlaga di Viet Tri, Vietnam, Selasa (12/8/2025), skuad asuhan Joko Susilo berbagi angka seusai menutup pertandingan dengan skor sama kuat 1-1.

Pada laga ini, Vivi Oktavia dan kolega tampil menyerang sejak peluit kick off dibunyikan wasit. Namun, hingga turun minum, skor kacamata masih bertahan. Padahal, Timnas Putri Indonesia telah memainkan Estella Loupatty dan Isa Warps sejak awal.

Pada babak kedua, jala gawang Indri Yulianti bobol melalui Saody Hok pada menit ke-76. Upaya Garuda Pertiwi untuk mencetak gol penyeimbang akhirnya membuahkan hasil pada menit 82 melalui Rosdilah Nurrohmah. Skor imbang 1-1 bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.

Baca Juga:Ribuan Paket Sembako Pasar Murah Kejari Cirebon Ludes Diserbu WargaKuota Haji Dikorupsi, Kerugian Negara hingga Rp1 Triliun

Hasil ini membuat Timnas putri Indonesia harus puas finis di peringkat keempat klasemen akhir Grup A. Dari tiga laga yang dijalani, Indonesia menelan dua kekalahan dan sekali imbang.

Langkah Timnas putri Indonesia terhenti setelah menjadi juru kunci. Sementara itu, wakil dari Grup A yang melangkah ke semifinal Piala AFF Wanita 2025 ialah Vietnam dan Thailand.

Joko Susilo mengakui kekalahan ini sebagai hasil yang jauh dari ekspektasi. Ia secara terbuka menyampaikan anak asuhnya tampil kurang tenang dan belum mampu mengimbangi tekanan permainan lawan sepanjang 90 menit pertandingan.

“Pertama-tama, saya ucapkan selamat kepada tim yang lolos. Mereka bermain sangat baik dan memang layak untuk menang,” ujar Joko Susilo.

Menurut Joko, kegagalan anak-anak asuhnya dalam menjaga fokus dan kestabilan mental menjadi salah satu faktor utama kekalahan besar tersebut. Ia menyebutkan bahwa jika pemain bisa tampil lebih tenang, hasil akhir mungkin tidak akan separah ini.

Selain faktor teknis di lapangan, masalah adaptasi juga menjadi sorotan. Beberapa pemain diaspora yang baru saja bergabung belum mampu menunjukkan performa maksimal karena keterbatasan waktu untuk beradaptasi. Joko menjelaskan beberapa dari mereka hanya sempat mengikuti pemusatan latihan tiga hingga empat hari sebelum laga dimulai.

Dengan minimnya waktu persiapan, pemain diaspora sulit membangun chemistry yang dibutuhkan di level kompetitif. Hal ini membuat koordinasi antar lini terlihat goyah dan mudah dieksploitasi oleh lawan yang secara teknis dan mental lebih matang.

0 Komentar