Gaji Guru di Cirebon: Semangkuk Bakso dan Rp180 Ribu Per Bulan

gaji guru di cirebon
Gaji guru di Cirebon masih jauh dari layak. Foto: radar cirebon.
0 Komentar

Meski menghadapi tantangan, Ajeng melihat optimisme. Ia meyakini bahwa guru adalah panggilan jiwa yang membawa keberkahan. “Saya ngerasanya bangga banget, dari bener-bener ini gelap gulita, sampai dengan hari ini,” tutur Ajeng.

Farid Afandi (59), Ketua Yayasan Harapan Kita, menjelaskan bahwa sekolahnya didirikan pada tahun 1983 dan ia bergabung pada tahun 2013. Sekolah ini mengandalkan dana BOS untuk menggaji guru dan operasional.

Saat ini, SMP Harapan Kita memiliki 23 siswa, yang sebagian besar merupakan korban perundungan atau berasal dari keluarga ekonomi bawah. “Di sini mengandalkan dana BOS dan itu buat gaji guru, operasional sekolah seperti iuran sampah, listrik,” tandas Farid.

CAHAYA TAK BOLEH PADAM

Baca Juga:Ahli K3: Baiknya Kosongkan Gedung Setda Kota CirebonBupati Cirebon Belum Berencana Menaikkan Tarif PBB

Suara klakson bersahutan, aroma gorengan bercampur dengan bau pakan burung, dan teriakan pedagang yang memanggil pelanggan—semuanya berpadu di Jalan Lemahwungkuk, salah satu urat nadi perdagangan di Kota Cirebon.

Di antara deretan toko perabot, kios kelontong, dan lapak penjual hewan peliharaan, SMP Harkit menjadi sekolah tua yang nyaris tak menoleh pada hiruk-pikuk di sekitarnya. Dari luar, cat dindingnya yang memudar seolah menyimpan cerita yang tak lagi banyak didengar orang.

Sekitar dua ratus meter dari Pasar Tradisional Kanoman, sekolah ini dulu menjadi tempat di mana langkah kaki anak-anak membentuk irama kegembiraan. Kini, halaman sekolah sering kosong, hanya menyisakan bayangan pohon yang bergoyang diterpa angin siang. Jumlah siswa menyusut, sebagian memilih sekolah yang lebih modern dengan fasilitas lengkap.

Di dalam kelas, meja dan kursi kayu masih tegak meski dimakan usia. Di perpustakaan kecil, buku-buku usang tersusun rapi. Namun, di balik segala kekurangan itu, ada wajah-wajah muda yang tetap menatap ke depan, didampingi guru-guru yang mengajar dengan tekad lebih kuat dari tembok yang mengelilingi mereka.

Di tengah arus perdagangan yang tak pernah berhenti, SMP Harkit bertahan seperti perahu tua yang menolak karam. Bukan karena megahnya bangunan, melainkan karena keyakinan bahwa pendidikan—betapapun sederhana wadahnya—adalah cahaya yang tak boleh padam.

0 Komentar