RADARCIREBON.ID – Kawasan utara dan timur Kabupaten Cirebon memiliki prospek besar untuk menjadi sentra produksi garam. Baik garam industri maupun garam kesehatan.
Keduanya memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Sayangnya, potensi besar ini hingga kini masih belum digarap secara optimal. Padahal, sejatinya garam lokal bisa menjadi solusi strategis sekaligus penggerak ekonomi daerah.
Demikian disampaikan, Kepala Badan Perencanaan Pembagunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Cirebon, Dangi SSi MSc MT kepada Radar Cirebon, kemarin.
Baca Juga:Pelajar Kota Cirebon Tampil Memukau Mengisi Kemeriahan Hari KemerdekaanDP3APPKB Kota Cirebon dan Paskibraka Kampanye Pencegahan Bullying
Dangi mengaku, telah menghitung nilai ekonominya. Dengan asumsi lahan garam seluas 600 hektare, produksi rata-rata 30 ton per hektare per musim atau 60 ton per tahun, dan harga jual Rp3.000 per kilogram, potensi omzet dari garam krosok saja bisa menembus Rp 100 miliar per tahun.
“Bermodal tekstur tanah yang baik, wilayah pesisir Cirebon memiliki potensi menjadi sentra produksi garam industri dan garam kesehatan. Ini bagian dari pembangunan ekonomi baru yang berkelanjutan,” kata Dangi.
Itu, lanjut Dangi, baru dari garam krosok. Ketika diolah lagi menjadi garam kesehatan atau garam konsumsi khusus, nilainya jauh lebih besar. “Dari lahan 100 hektare saja, omzet bisa mencapai Rp90 miliar dengan harga jual Rp 15.000 per kilogram,” ungkapnya.
Karena itu, Bapperida kini tengah menyusun strategi pengembangan sektor garam.
Mulai dari pemetaan lahan potensial, peningkatan teknologi produksi, penguatan kelembagaan petani, fasilitasi sertifikasi dan standarisasi, hingga membuka kemitraan dengan industri hilir. Proposal pengembangan investasi pun sudah ada di DPMPTSP.
“Kami ingin garam Cirebon tidak hanya menjadi bahan baku, tapi juga menjadi produk bernilai tambah tinggi. Garam kesehatan misalnya, memiliki pasar ekspor yang besar,” paparnya.
Dangi menegaskan, pengembangan garam lokal bukan hanya peluang ekonomi, tetapi juga solusi strategis. Indonesia masih mengimpor garam dalam jumlah besar setiap tahun, terutama untuk kebutuhan industri pangan dan farmasi.
“Cirebon bisa ikut menjawab tantangan itu. Tidak hanya memenuhi kebutuhan nasional, tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” tegasnya.
Baca Juga:KPU Dorong Lakukan Kajian Sistem Pemilu dan Penataan Dapil saat FGD di CirebonKemenag Masih Layani Penyelenggaraan Haji
Ia berharap, ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi. Dengan dukungan pemerintah daerah, kolaborasi swasta, dan pendampingan bagi petani garam, potensi garam Kabupaten Cirebon dapat menjadi motor baru pembangunan ekonomi lokal.