Macan Tutul Keluar dari Habitatnya Terus Bertambah, 2 Hal Ini Jadi Penyebabnya

evakuasi macan tutul di kutamandarakan kuningan
Upaya evakuasi macan tutul yang terjebak di gudang Balai Desa Kutamandarakan, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, berhasil dilakukan, Selasa, 26, Agustus 2025. Foto: Andre Mahardika - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Keluarnya macan tutul jawa dari habitatnya, jumlahnya cenderung meningkat. Ada 2 hal yang menjadi penyebabnya.

Seperti yang terjadi di Kuningan Jawa Barat. Dalam beberapa bulan ini saja, satwa tersebut telah meneror dan masuk ke pemukiman warga.

Yang terbaru, ada seekor macan tutul jantan dengan usia sekitar 3 tahun, ngumpet di salah satu ruang kosong Balai Desa Kutamandarakan, Kecamatan Maleber.

Baca Juga:Alhamdulillah, Evakuasi Macan Tutul di Balai Desa Kutamandarakan Kuningan BerhasilKata KDM Soal Rekrutmen Dokter, Tidak Boleh Berdasarkan Ekonomi Orang Tua

Macan tutul itu harus berjalan sangat jauh, sekitar 27 km di habitat aslinya. Macan itu kemungkinan besar berasal dari kawasan hutan di Kecamatan Hantara. Jarak Kecamatan Hantara ke Maleber memang sekitar 27 km.

Fenomena macan tutul keluar dari habitat tersebut, terus meningkat. Kasus terjadi di banyak tempat. Setidaknya ada 2 penyebabnya. Selain karena persaingan wilayah, juga karena perburuan.

Misalnya yang pernah terjadi di kawasan hutan Suaka Margasatwa (SM) Gunung Sawal, Ciamis. Secara komulatif sudah terjadi 51 kasus di 20 desa sekitar kawasan konservasi tersebut.

Kasus terbanyak terjadi di 2011. Desa yang paling sering didatangi adalah Kertamandala sebanyak 10 kali. Kemudian Cikupa 8 kali. Desa-desa itu memang berbatasan langsung dengan hutan.

Data tersebut dikeluarkan berdasarkan kajian kawasan pada 2017 oleh Forum Konservasi Macan Tutul Jawa (FORMATA), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar, bersama instansi terkait.

Kesumpulannya, macan tutul keluar dari habitatnya karena faktor persaingan teritori. Yang kalah harus terusir, mencari wilayah baru.

Yang menarik, macan tutul yang keluar dan tertangkap hampir seluruhnya berjenis kelamin jantan. Usianya antara 2,5 -3 tahun. Usia yang dinilai dalam masa-masa penyapihan.

Baca Juga:Akibat Gempa Bekasi, Kereta Api Berhenti Luar Biasa, KAI: Tidak Ada yang AnjlokKDM Minta Cari Dokumen Tata Ruang Zaman Kolonial, Sebut yang Sekarang Kacau

Menurut pemerhati macan tutul jawa, Erwin Wilianto, keluarnya satwa itu dari kawasan hutan tidak selalu menimbulkan konflik. Perseteruan terjadi ketika ada pihak yang dirugikan, baik manusia maupun macan tutul.

“Macan tutul sebenarnya lebih menghindari konflik dengan manusia. Kecuali ada faktor seperti murni persaingan atau fragmentasi hutan di jalur jelajahnya,” terang Erwin.

Berdasarkan data dari Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam mengungkap hal yang menarik. Menurut data itu, macan tutul sangat tidak selektif dalam menentukan habitatnya.

0 Komentar