RADARCIREBON.ID–Sejak Februari hingga akhir Agustus 2025, warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, khususnya para peternak, harus menghadapi ancaman serius dari satwa liar. Sebanyak 33 peternak dilaporkan mengalami kerugian setelah ratusan hewan ternak mereka tewas akibat serangan yang diduga dilakukan oleh macan tutul dan anjing liar.
Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kuningan Asep Taufik Rohman, dalam enam bulan terakhir terjadi sejumlah serangan yang diduga kuat dilakukan oleh dua jenis satwa liar tersebut di empat kecamatan berbeda.
Serangan yang diyakini berasal dari macan tutul tercatat di dua wilayah, yakni Kecamatan Hantara dan Kecamatan Darma. Sementara gangguan dari kawanan anjing liar ditemukan di Kecamatan Japara dan Pancalang.
Baca Juga:Kebersamaan Warga Perumnas Ciporang Semarakkan Jalan Santai HUT ke-80 RI dan Hari Jadi ke-527 KuninganRibuan Warga Gelar Istighosah, Doakan Kuningan Tetap Aman dan Damai
Di Kecamatan Hantara, yang menjadi lokasi dengan jumlah serangan tertinggi, sebanyak 72 ekor hewan ternak milik 27 peternak dilaporkan mati. Perinciannya, Desa Hantara (26 Juli – 24 Agustus) 8 peternak kehilangan total 18 ekor ternak. Desa Tundagan: 11 peternak melaporkan 23 ekor ternak tewas.
Kemudian Desa Cikondang (6 Mei – 9 Agustus), 5 peternak kehilangan 22 ekor. Desa Pakapasan Girang (12-13 Agustus): 3 peternak kehilangan 9 ekor.
Sementara di Kecamatan Darma, serangan terjadi di dua desa. Di Desa Cimenga, antara tanggal 4–7 Juli, 4 peternak kehilangan 5 ternak. Di Desa Tugumulya, dari tanggal 4–14 Juli, 2 peternak mengalami kehilangan total 6 ekor.
Dalam upaya menghalau serangan tersebut, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah mengambil langkah dengan menyebarkan kotoran singa di area yang terdapat jejak macan tutul. Strategi ini diharapkan menciptakan ilusi kehadiran predator lain, sehingga macan tutul merasa terancam dan meninggalkan wilayah tersebut.
“Penanganan dilakukan secara alami, yaitu dengan menyebarkan kotoran singa di lokasi jejak macan tutul. Harapannya, aroma itu mengganggu dan membuat mereka enggan kembali karena mengira ada predator lain,” ujar Asep Taufik.
Di sisi lain, ancaman dari anjing liar juga menyebabkan kerugian bagi para peternak. Pada 7–10 Februari, empat peternak di Desa Cengal kehilangan enam kambing. Serangan serupa terjadi kembali pada 15 Februari, di mana dua peternak melaporkan sembilan kambing mereka mati.