Doktor asal Cirebon Petakan Bahasa Jawa untuk Selamatkan Identitas Lokal

doktor juwintan teliti Bahasa cirebon
Dr Juwintan, dosen IPB Cirebon, meneliti persebaran variasi bahasa di 267 desa se Kabupaten Cirebon. Foto: ade gustiana-radar cirebon.
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Bahasa adalah identitas. Namun, bahasa Jawa dialek Cirebon kini menghadapi tantangan besar. Generasi muda semakin jarang menggunakan ragam lokal, dan banyak kosakata tradisional perlahan hilang digantikan bahasa Indonesia.

Fakta ini bukan sekadar asumsi, melainkan hasil penelitian doktoral yang baru saja diselesaikan oleh Dr Juwintan, dosen Institut Prima Bangsa Cirebon, yang meneliti persebaran variasi bahasa di 267 desa se Kabupaten Cirebon.

Dalam disertasinya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Juwintan berhasil menyusun Atlas Linguistik Bahasa Jawa Cirebon dengan pendekatan geolinguistik berbasis teknologi Geographic Information System (GIS). Atlas ini menjadi peta ilmiah pertama yang menunjukkan bagaimana bahasa Jawa Cirebon hidup, berubah, bahkan mulai terancam.

Baca Juga:Polisi Periksa Lima Saksi, Amankan Barang Bukti Diduga Mobil Korban Ditemukan di Pinggir Jalan

Perjalanan meraih gelar doktor bukan hal yang mudah. Selama lebih dari dua tahun, Juwintan bersama tim mengumpulkan data, mewawancarai 534 informan lintas generasi. Ia mendokumentasikan ribuan kosakata dasar dan ragam pengucapan yang berbeda-beda, dari kawasan pesisir utara yang berbatasan dengan Indramayu hingga pedalaman timur dekat perbatasan Brebes.

“Setiap desa punya cerita bahasa yang berbeda. Saya ingin merekamnya sebelum hilang,” ujarnya ketika ditemui selepas sidang promosi doktoralnya. Hasil penelitiannya menemukan adanya empat jenis variasi fonologis utama: perubahan bunyi vokal, konsonan, penghilangan bunyi (elisi), dan penambahan bunyi (epentesis). Misalnya, kata mama (bapak) berubah menjadi mamo, kata bengi (malam) berubah menjadi wengi.

Tak hanya bunyi, variasi kosakata juga mencolok. Kata pendek memiliki setidaknya empat sebutan berbeda di Cirebon: cindek, cendek, endep, dan pendek. Kata mengalir bisa disebut grenjeng, mili/milih, ngalir, atau nglicir tergantung wilayah.

Dengan bantuan pemetaan GIS, Juwintan membagi wilayah Cirebon menjadi tiga zona bahasa: Zona Konservatif: mempertahankan bentuk lama, dominan di utara. Zona Transisi: percampuran bentuk lama dan baru, banyak ditemukan di wilayah tengah. Zona Inovatif: ragam baru yang muncul lebih banyak di perkotaan dan wilayah timur.

“Peta ini jelas menunjukkan bahwa bahasa kita sedang mengalami perubahan. Jika tidak segera diantisipasi, bentuk-bentuk asli bisa lenyap,” kata Juwintan.

0 Komentar