Doktor asal Cirebon Petakan Bahasa Jawa untuk Selamatkan Identitas Lokal

doktor juwintan teliti Bahasa cirebon
Dr Juwintan, dosen IPB Cirebon, meneliti persebaran variasi bahasa di 267 desa se Kabupaten Cirebon. Foto: ade gustiana-radar cirebon.
0 Komentar

Temuan ini sejalan dengan peringatan global. UNESCO (2024) mencatat bahwa 40 persen dari 7.000 bahasa di dunia terancam punah, dengan satu bahasa hilang setiap dua minggu. Di Indonesia sendiri, dari 719 bahasa daerah, 266 sudah berstatus lemah dan 75 sekarat.

Bahasa Jawa Cirebon memang belum masuk kategori tersebut, namun tanda-tanda pergeseran sudah nyata. Generasi tua masih menggunakan kosakata tradisional, sementara generasi muda lebih memilih bentuk baku atau yang dekat dengan bahasa Indonesia. “Kalau tidak kita dokumentasikan sekarang, jangan-jangan 20 tahun lagi generasi kita tak lagi kenal kata cindek atau grenjeng,” tambahnya.

Kini, setelah resmi meraih gelar doktor, Juwintan tidak ingin hasil penelitiannya hanya menjadi dokumen akademik di rak perpustakaan. Ia berharap pemerintah daerah maupun pusat mendukung pengembangan atlas linguistik ini lebih lanjut, khususnya dalam bentuk pendanaan untuk peta digital yang bisa digunakan dalam pendidikan dan pelestarian budaya.

Baca Juga:Polisi Periksa Lima Saksi, Amankan Barang BuktiĀ Diduga Mobil Korban Ditemukan di Pinggir Jalan

“Atlas linguistik ini bukan hanya milik saya, tapi milik masyarakat Cirebon. Bahasa adalah warisan budaya, dan peta ini bisa menjadi alat untuk menjaganya,” tegasnya.

Selain itu, ia menilai atlas ini dapat dijadikan bahan ajar muatan lokal di sekolah-sekolah, sekaligus menjadi dasar kebijakan pelestarian bahasa daerah oleh pemerintah daerah.

Keberhasilan Juwintan meraih gelar doktor dengan disertasi yang fokus pada bahasa daerahnya sendiri menjadi kebanggaan tersendiri. Ia membuktikan bahwa penelitian dari daerah juga bisa memberikan kontribusi penting bagi dunia akademik maupun pembangunan budaya bangsa. “Cirebon punya sejarah besar. Bahasanya juga punya kekayaan luar biasa. Saya hanya ingin berkontribusi agar kekayaan itu tidak hilang,” katanya merendah.

Dari catatan kosakata hingga peta digital, dari ruang kelas hingga pelosok desa, Dr. Juwintan telah menjembatani ilmu pengetahuan dengan pelestarian budaya. Kini bola ada di tangan pemerintah: maukah mereka mendukung langkah besar ini demi menjaga identitas Cirebon lewat bahasa? (ade)

0 Komentar