Upaya Perkuat Literasi dan Pewarisan Budaya Lokal, DPA Adakan Launching Buku 'Ritus Kehidupan Budaya Indramayu

DPA Indramayu
LAUNCHING BUKU: Kepala DPA Indramayu, A Sadalim Gymnasthiar memberikan sambutan dalam launching buku \'Ritus Kehidupan Budaya Indramayu\' pada Rabu, 3 September 2025. FOTO: BURHANUDIN/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

INDRAMAYU – Dinas Perpustakaan dan Arsip (DPA) Kabupaten Indramayu meluncurkan buku berjudul “Ritus Kehidupan Budaya Indramayu: Memitu, Ngarot, dan Unjungan” karya Abdul Azis, Ahmad Khoeri, dan Kusyoto. Peluncuran buku dilakukan Rabu 3 September 2025, di Ruang Audio Visual DPA Indramayu.

Peluncuran ini menjadi bagian dari upaya memperkuat ekosistem budaya literasi, sekaligus melestarikan kearifan lokal melalui dokumentasi tulisan.

Kegiatan ini dihadiri oleh para penulis buku, kepala DPA Indramayu beserta jajaran, pelajar SMA/SMK, serta tamu undangan lainnya.

Baca Juga:Komitmen Jaga Persatuan BangsaInstruksikan Disdik untuk Terapkan PJJ

Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Perpustakaan, dilanjutkan sambutan kepala DPA, pemutaran video dokumenter ritus budaya, bedah isi buku, doa bersama, dan ditutup dengan ramah tamah.

Kepala DPA Indramayu, A Sudalim Gymnasthiar dalam sambutannya menyampaikan pentingnya mengenali dan memahami falsafah budaya daerah, sebagai bagian dari upaya menjaga jati diri bangsa.

“Indramayu punya banyak ritus, budaya, dan kesenian seperti Memitu, Ngarot, Berokan, Rudat, Ngunjung, Sintren, dan lainnya. Pewarisan budaya harus kita kenali dan pelajari falsafah hidupnya agar kita mengenal jati diri bangsa,” ujarnya.

Para penulis memberikan penjelasan singkat terkait makna yang terkandung dalam buku tersebut. Ahmad Khoeri menjelaskan, makna ritus Memitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, atas kesehatan dan keselamatan ibu hamil.

Selain itu, juga bermakna harapan agar anak yang dilahirkan menjadi insan yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara.

Sementara itu, Kusyoto memaparkan bahwa Ngarot adalah ritus budaya masyarakat Lelea yang mencerminkan syukur dan pembersihan diri dari kesalahan masa lalu, serta sebagai bentuk perayaan atas hasil panen yang melimpah.

Adapun Abdul Azis mengulas ritus Ngunjung, yang dikenal juga dengan sebutan Mermule atau Unjungan, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan tokoh agama.

Baca Juga:Yaqut Cholil Qoumas Penuhi Panggilan KPK Sebagai Saksi Perda TJSLP Disahkan, Pemkab Cirebon Siap Optimalkan Pembangunan

Ngunjung diwarnai dengan doa bersama dan ruatan pusaka, sebagai simbol penguatan spiritual dan budaya lokal.

Sudalim berharap, peluncuran buku ini diharapkan menjadi media edukatif yang dapat memperkenalkan nilai-nilai budaya luhur Indramayu kepada generasi muda. Selain itu, juga memperkukuh kecintaan terhadap budaya sendiri.

0 Komentar