Hadapi Kemarau Panjang, BPBD Cirebon Bangun Sumur Artesis di 5 Desa Rawan Krisis Air Bersih

BPBD Kabupaten Cirebon
ANTISIPASI KEKERINGAN: Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda pada BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda mengungkap rencana pembuatan sumur artesis di sejumlah desa yang rawan krisis air bersih saat musim kemarau, kemarin. FOTO: SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON
0 Komentar

CIREBON-Harapan masyarakat Kabupaten Cirebon di sejumlah desa rawan kekeringan menemui titik terang.

Tahun ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon akan membangun lima sumur artesis sebagai langkah mitigasi menghadapi musim kemarau panjang.

Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda pada BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda menjelaskan, pembangunan sumur artesis merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI.

Baca Juga:PWNU Jabar Dorong Transformasi Pertanian di Indramayu, Kenalkan Inovasi Panen Empat Kali dari Satu Kali TanamBelajar Pengembangan Pertanian Organik, Gapoktan Fajar Agung Kunjungi Poktan Sri Makmur III

Bantuan tersebut didapat setelah BPBD mengajukan permohonan resmi yang langsung direspons BNPB. “Sumur artesis ini bagian dari mitigasi bencana kekeringan untuk 2025 menuju 2026,” ujar Juwanda, Minggu (7/9).

Diungkapkannya, survei kedalaman air dilakukan dengan memprioritaskan desa-desa yang rawan kekeringan dari wilayah timur hingga barat Kabupaten Cirebon.

Menurutnya, bantuan tersebut akan ditempatkan di lima titik desa yang selama ini paling rentan krisis air bersih. Penentuan titiknya melalui survei dan kajian geolistrik guna memastikan keberadaan sumber air.

Hasilnya, desa yang berpotensi mendapatkan sumur artesis adalah Desa Cupang dan Desa Walahar di Kecamatan Gempol, Desa Greged dan Desa Kamarang di Kecamatan Greged, serta Desa Beber di Kecamatan Beber.

“Di beberapa desa lain seperti Kreyo dan Slangit Kecamatan Klangenan serta Desa Dawuan Kecamatan Tengahtani, kondisi tanah tidak memungkinkan karena sumber air hanya ada di kedalaman sekitar 10 meter. Sementara syarat sumur artesis harus lebih dari 100 meter,” jelasnya.

Juwanda menyampaikan, pembangunan sumur artesis akan direalisasikan tahun ini juga. Setelah selesai, pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah desa masing-masing.

Namun, ia menegaskan bahwa air dari sumur artesis tidak boleh diperjualbelikan. “Pengelolaan tetap ada, tetapi sifatnya sosial. Air ini tidak boleh diperjualbelikan,” tegasnya.

Baca Juga:Kolaborasi Disdikbud dan Diskominfo Indramayu Cegah Kekerasan dan Perundungan di SekolahWakil Bupati Kuningan Ikuti Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Ciporang

BPBD Kabupaten Cirebon berharap bantuan serupa bisa terus berlanjut, mengingat kebutuhan air bersih masih menjadi persoalan serius bagi sebagian besar wilayah saat musim kemarau. “Harapannya kedepan ada tambahan bantuan lima titik lagi untuk desa lain yang terdampak,” tandasnya.

Sebagai informasi, Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang cukup rentan terhadap bencana kekeringan.

Setiap musim kemarau panjang, sekitar 60 persen wilayah atau 192 desa di 26 kecamatan terdampak krisis air bersih. (sam)

0 Komentar