Akses pembiayaan ini memudahkan petani mendapatkan permodalan lebih cepat.
“Produksi padi kami juga meningkat. Sebelum ada pendampingan, hasil panen sekitar 6 ton per hektare. Sekarang bisa mencapai 7 hingga 8 ton per hektare. Secara kualitas juga meningkat, dampaknya terasa pada pendapatan petani dan terbukanya peluang pasar yang lebih luas berkat bimbingan teknis dan kerja sama antardaerah,” imbuh Ayi.
Setiap minggu, Poktan Sri Makmur mampu memproduksi sekitar 1 ton beras organik yang dipasarkan melalui marketplace dan sistem pre-order.
Sementara itu, produksi beras konvensional mencapai sekitar 2 ton per minggu, dengan wilayah pemasaran di berbagai daerah di Jawa Barat.
Baca Juga:Ini Kata Hansi Flick Usai Barcelona Bantai Valencia 6-0Kursi Menpora Kosong, DPR Desak Presiden Prabowo Segera Tunjuk Pengganti
“Alhamdulillah, tahun 2024 seluruh lahan di Desa Krasak seluas 360 hektare sudah tersertifikasi oleh Icert Agritama Internasional. Produk beras konvensional dari Krasak juga dinilai berkualitas lebih baik, berkat pendampingan dari BSIP Jawa Barat, yang kini menjadi Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Jawa Barat,” kata Ayi.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Indramayu yang saat ini tengah menyusun Peraturan Bupati tentang Pertanian Organik, serta Bank Indonesia KPw Cirebon yang terus memberikan pendampingan dan dukungan fasilitas, mulai dari sarana produksi hingga transportasi.
“Ke depan, kami berharap dapat memiliki rumah produksi dan fasilitas pembuatan pupuk organik sendiri. Dari segi kapasitas, anggota sudah memiliki kemampuan itu. Jadi, Poktan bukan hanya menggunakan pupuk organik, tetapi juga mampu memproduksi dan memasarkannya. Kami ingin merambah pasar pupuk organik yang sudah terbukti hasilnya, bukan sekadar wacana. Ini sudah kami buktikan sendiri,” pungkas Ayi Sumarna. (oni)