Banyak Sekolah Kekurangan Ruang Kelas Baru, Disdik Cirebon Klaim Faktor Keterbatasan Anggaran

Disdik Kabupaten Cirebon
LESEHAN: Siswa di SDN 1 Cirebon Girang Kecamatan Talun belajar di musala. Disdik Kabupaten Cirebon mengakui kurangnya ruang kelas baru karena keterbatasan anggaran. FOTO: SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON
0 Komentar

RADARCIREBON.ID -Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon menyebut, kebutuhan ruang kelas baru (RKB) di Kabupaten Cirebon masih banyak. Tersebar di berbagai titik.

SDN 1 Cirebon Girang, Kecamatan Talun salah satu sampel yang terjadi di Kabupaten Cirebon.

Sekolah itu diketahui melakukan aktivitas belajar mengajar di musala. Tanpa kursi. Tanpa meja. Lesehan.

Baca Juga:Ketua DPRD Cirebon Prihatin, Desak Polisi Usut Kasus Pelecehan Seksual Anak oleh Oknum GuruBKPSDM Cirebon Siapkan Sanksi Pemecatan bagi Oknum Guru Terduga Pelecehan Seksual Anak SD

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon H Ronianto SPd MM mengungkapkan, kekurangan ruang kelas belajar bukan hanya terjadi di satu titik, SDN 1 Cirebon Girang. Persoalan serupa juga banyak terjadi di sekolah lainnya di wilayah Kabupaten Cirebon.

Diakuinya, banyak sekolah yang memanfaatkan fasilitas lainnya untuk ruang belajar. Seperti perpustakaan, musala maupun ruangan lainnya. Itu terjadi diberbagai tempat.

Dijelaskan Ronianto, SDN 1 Cirebon Girang itu satu-satunya sekolah di Desa Cirebon Girang. Mulanya, sekolah itu ada di dekat balai desa. Kemudian minta direlokasi di satu hamparan.

“Permintaan itu pun direalisasi. Dibangun bangunan baru di samping Lapangan Cirebon Girang. Tahun 2021 sekolah itu ditempati,” kata Ronianto kepada Radar Cirebon, kemarin

Namun, ia menyadari, bangunan sekolah tersebut belum menampung semua siswa untuk melakukan proses belajar di ruang kelas. Alasannya, karena faktor keterbatasan anggaran.

“Jadi mengenai keluhan sekolah yang sudah berkali-kali mengajukan permohonan RKB namun, belum direspon karena ada keterbatasan anggaran, sehingga pembangunan tidak bisa dilakukan secara kontinyu. Harus ada penyesuaian dengan kemampuan anggaran yang tersedia,” terangnya.

Terkait sistem pembelajaran yang digilir, di mana kelas 1 belajar pagi dan kelas 2 siang, lanjut Ronianto, itu merupakan hal lumrah di beberapa SD. Mengingat keterbatasan ruang yang ada.

Baca Juga:Alysha Syakira, Siswi SMPIT Sabilul Huda Lolos ke Final OSN NasionalDLH Cirebon Akui Gagal Kembangkan Hutan Kota Sumber karena Efisiensi Anggaran

“Kelas 1 itu kan selesai jam 10, jam 10 sampai jam 1 nya digunakan untuk kelas 2. Itu biasa di sekolah dasar,” imbuhnya.

Namun, ketika ditanya soal kondisi siswa yang belajar tanpa meja dan kursi di musala, Ronianto mengaku, baru menerima informasi tersebut dari media dan akan segera melakukan pengecekan ke lapangan.

“Coba nanti kita lihat dulu kasusnya, karena saya baru menerima laporan ini dari media. Saya belum lihat langsung ke lokasi,” katanya.

0 Komentar