Di sisi lain, tekanan internasional dan opini publik menuntut mereka bertindak konsisten terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Banyak pengamat menilai bahwa keputusan apa pun akan menjadi preseden penting bagi hubungan antara olahraga dan geopolitik di masa depan.
Langkah para pakar PBB ini juga menyoroti peran unik sepak bola sebagai panggung global yang memiliki pengaruh besar.
Baca Juga:Ketua DPR Dukung Reformasi Menyeluruh di Tubuh PolriPeringati HTN, Ratusan Petani di Indramayu Turun ke Jalan Sampaikan 5 Tuntutan
Dengan miliaran penggemar di seluruh dunia, kompetisi internasional bukan sekadar ajang olahraga, tetapi juga sarana diplomasi dan simbol nilai kemanusiaan.
Bagi para pendukung sanksi, menahan partisipasi Israel akan menunjukkan bahwa pelanggaran serius tidak akan diabaikan hanya karena alasan politik atau ekonomi.
Meski demikian, ada juga pihak yang mengingatkan risiko politisasi olahraga. FIFA dan UEFA selama bertahun-tahun menegaskan bahwa keputusan mereka harus menjaga integritas kompetisi dan meminimalkan campur tangan politik.
Jika mereka mengikuti seruan ini, mereka akan dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga keseimbangan antara prinsip kemanusiaan dan netralitas.
Sejauh ini, tidak ada tenggat waktu yang diberikan kepada FIFA maupun UEFA untuk merespons.
Namun, tekanan internasional kemungkinan akan terus meningkat seiring berlanjutnya konflik di Gaza dan semakin banyak pihak yang menuntut aksi nyata.
Situasi ini menjadi ujian besar bagi sepak bola dunia. Apakah FIFA dan UEFA akan menempuh langkah seperti melarang Rusia, atau tetap berpegang pada prinsip bahwa olahraga harus terpisah dari politik?
Baca Juga:HUT Ke-80 PMI, Torehkan Banyak Prestasi, Beri Apresiasi untuk Pahlawan KemanusiaanPanpilwu Mulai Dibentuk di Kecamatan Kandanghaur untuk Persiapkan Pilwu Serentak 2025
Jawaban mereka akan mempengaruhi bukan hanya masa depan sepak bola internasional, tetapi juga persepsi publik terhadap peran olahraga dalam menegakkan nilai kemanusiaan. (*)