Dari Kegiatan Festival Ngunjung Buyut Danamulya, Jadi Sarana Kritik Sosial, Ada Ogoh-Ogoh Tikus Berdasi 

Ogoh-ogoh berupa tikus
KRITIK: Ogoh-ogoh berupa tikus memakai jas dan dasi di Festival Ngunjung Buyut Danamulya sebagai bentuk sindiran terhadap pemerintah desa setempat, kemarin. FOTO : SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Suasana Desa Danamulya Kecamatan Plumbon, Minggu (28/9), terasa berbeda dari biasanya. Agenda tahunan Ngunjung Buyut, yang biasanya penuh dengan doa, tradisi, dan kemeriahan, tahun ini menghadirkan nuansa baru.

Betapa tidak, festival budaya kali ini menjadi panggung kritik sosial yang tajam. Sebuah karya seni ogoh-ogoh unik mencuri perhatian publik. Bukan sekadar boneka raksasa biasa.

Ogoh-ogoh yang ditampilkan salah satu peserta kali ini berbentuk “Tikus Kantor”-seekor tikus besar mengenakan jas dan dasi, simbol universal dari perilaku korupsi, penyalahgunaan wewenang, hingga kritik terhadap aparatur nakal.

Baca Juga:Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon Gelar MTQ untuk Jaring Bibit UnggulDiskominfo Cirebon Dukung Program Kampus Berdampak, Terima Mahasiswa Magang dari STMIK/IKMI

Kehadiran ogoh-ogoh tersebut sontak mengundang tepuk tangan sekaligus bisik-bisik kritis dari warga.

Banyak yang menilai, karya itu bukan sekadar hiburan, melainkan sindiran tajam yang merefleksikan keresahan masyarakat terhadap kondisi pemerintahan di tingkat desa.

Beberapa warga menyinggung bahwa penampilan ini erat kaitannya dengan kejadian beberapa hari sebelumnya.

Saat itu, Desa Danamulya ramai diberitakan setelah warga bersama tokoh masyarakat harus turun tangan melakukan gotong royong dan patungan demi memperbaiki jalan rusak.

Bahkan, pemberitaan di media lokal ikut menyoroti bagaimana masyarakat lebih dulu bergerak ketimbang menunggu perhatian pemerintah.

“Ogoh-ogoh tikus berdasi ini seakan menyuarakan kegelisahan warga. Ada harapan agar aparatur lebih transparan, tidak main-main dengan dana desa, dan benar-benar memprioritaskan kepentingan rakyat,” ungkap Pardi, pengamat Sosial Desa Danamulya, yang turut hadir dalam acara tersebut.

Tak berhenti di situ, sindiran kultural ini juga sempat “menyenggol” ulah pejabat. Warga berharap, kritik melalui karya seni ini bisa menggugah kesadaran pemangku kebijakan agar lebih serius memperhatikan kebutuhan masyarakat, terutama soal infrastruktur dasar seperti jalan.

Baca Juga:DPRD Cirebon Matangkan Raperda untuk Kesejahteraan Nelayan dan Petambak GaramTunggu Dilantik, Jigus Siapkan Kantor KONI Cirebon di Stadion Olahraga Watubelah

Lebih jauh lagi, puncak dari pesan yang disampaikan melalui ogoh-ogoh tersebut adalah desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun tangan mengaudit penggunaan dana desa di Danamulya.

“Isu transparansi dan akuntabilitas menjadi sorotan, sebab warga merasa perlu ada transparansi dan akuntabilitas terkait pengelolaan anggaran yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan bersama,” terangnya.

Ia menambahkan, bahwa festival budaya yang biasanya menjadi ruang kebersamaan dan hiburan, tahun ini berubah menjadi panggung ekspresi publik.

0 Komentar