Mereka mendapatkan pelatihan mengolah sampah plastik menjadi lempengan padat dengan alat solidifikasi plastik, hingga pelatihan memproduksi berbagai kerajinan seperti plakat, gantungan kunci, tempat tisu, hingga furnitur.
“Dulu maggot hanya dijual ke pedagang. Sejak 2023, kami integrasikan dengan peternakan ayam petelur sebagai pakan tambahan. Sekarang, plastik pun bisa kami olah jadi produk bernilai tinggi,” jelas Matori.
Kini, Bank Sampah Wiralodra tidak hanya mengolah sampah, tapi juga berkontribusi nyata dalam pelestarian lingkungan.
Baca Juga:Pengurus PBFI Kota Cirebon Resmi Dilantik, Ini Targetnya Untuk Kota CirebonPanpilwu di Indramayu Sudah Dibentuk, Apa Tahapan Selanjutnya? Simak Ulasannya Berikut Ini!
Plastik, yang secara alami bisa terurai dalam puluhan hingga ratusan tahun, kini didaur ulang menjadi barang ekonomis dan ramah lingkungan.
Data menunjukkan, produksi sampah di Provinsi Jawa Barat pada 2024 mencapai 25.333 ton per hari, sementara Kabupaten Indramayu menyumbang lebih dari 200 ton per hari.
Jenis sampah terbanyak adalah sisa makanan dan sampah plastik.
“Sampah makanan kami olah untuk pakan maggot, plastik kami ubah jadi souvenir hingga furniture. Alhamdulillah, sekarang hasilnya sudah sangat terasa,” tambah Matori.
Produk suvenir buatan Wiralodra dibanderol mulai dari Rp15.000 hingga Rp2.000.000 per item, sementara furniture seperti satu set meja dan kursi dijual antara Rp3.000.000 hingga Rp4.000.000 per paket.
Tak berhenti di situ, Bank Sampah Wiralodra kembali melahirkan inovasi: mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar untuk mencairkan plastik sebelum dicetak menjadi lempengan.
Minyak jelantah dikumpulkan dari warga dan karyawan Kilang Balongan, lalu dapat ditukar dengan telur ayam.
“Banyak warga buang minyak bekas sembarangan. Padahal bisa merusak lingkungan dan kesuburan tanah. Dari situlah muncul ide membuat kompor berbahan bakar minyak jelantah,” ujar Matori.
Baca Juga:Target Kemiskinan Ekstrem Nol Persen di 2026, Pemerintah Perkuat Kolaborasi untuk Integrasi Bansos Skor Tottenham vs Wolves: 1-1, Ternyata Liga Inggris Sangat Ketat!
Program ini dinamakan Telur Barter Sampah (Telur Basah). Telur yang digunakan sebagai alat tukar berasal dari peternakan ayam petelur milik Wiralodra, yang kini memiliki 150 ekor ayam dan menghasilkan rata-rata 6 kilogram telur per hari.
Warga bisa datang membawa sampah atau minyak jelantah yang sudah dipilah. Sampah dihargai Rp3.500–Rp5.000 per kilogram, dan bisa langsung ditukar dengan telur sesuai nilai tukarnya.
“Misalnya dapat Rp15.000 dari sampah, harga telur Rp27.000/kg, jadi warga dapat setengah kilo lebih,” jelas Matori.