INDRAMAYU – Suasana bimbingan calon pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Indramayu, Rabu 1 Oktober 2025, terasa berbeda. Yakni, karena kehadiran metode “Tepuk Sakinah” yang kini tengah menarik perhatian masyarakat.
Metode ini tampak mencuri perhatian peserta, termasuk pasangan Junaedi (27 tahun) dan Sri Hayati (34) yang mengikuti sesi bimbingan di hari tersebut.
Meski awalnya terlihat canggung saat mempraktikkan gerakan tersebut, keduanya mengakui, kegiatan itu membantu mencairkan suasana.
Baca Juga:BLiSPI Gulirkan Seri Nasional Youth Cup IV 2025, Pemain Terbaik Dikirim ke Kejuaraan Dunia Pelajar di ItaliaDesa Krasak Masuk Tiga Besar Lomba Gapura Sri Baduga Tingkat Kabupaten Indramayu
“Agak kaku karena baru pertama nyoba. Tapi memang bikin suasananya jadi enggak tegang,” ucap Junaedi sembari tersenyum.
Pantauan di lokasi, menunjukkan bahwa sesi bimbingan kali ini diikuti beberapa pasangan calon pengantin. Namun, sebagian peserta hanya hadir seorang diri mewakili pasangan.
Tepuk Sakinah diterapkan sebagai pemecah kebekuan (ice breaking) dalam sesi bimbingan. Dalam praktiknya, para peserta diminta berpasangan dan mengikuti gerakan serta lagu Tepuk Sakinah yang dipandu langsung oleh fasilitator.
Meski gerakan yang dilakukan tampak kaku, suasana tetap terasa hidup dan menyenangkan. Junaedi menambahkan bahwa dirinya sudah mendengar tentang Tepuk Sakinah dari teman yang lebih dulu menikah, namun tetap merasa kikuk saat mencobanya langsung.
“Sudah dibilangin teman sih, tapi pas praktik tetap saja kaku. Tapi ya seru juga,” ujarnya.
Sementara itu, Sri Hayati mengaku banyak mendapat wawasan baru selama mengikuti bimbingan, terutama tentang pentingnya membangun keluarga yang harmonis.
“Insya Allah kami akan menikah minggu depan. Semoga bisa membangun keluarga yang sakinah,” harapnya.
Baca Juga:Ternyata Begini Cita Rasa Serabi Gupak yang Populer di Karangsinom Kandanghaur, IndramayuPrediksi Bangkok United vs Persib Bandung di ACL Two 2025, Maung Bandung Incar 3 Poin
Kepala KUA Indramayu, Darmawan Sugiharto menjelaskan, meski baru ramai diperbincangkan belakangan ini, metode Tepuk Sakinah sebenarnya sudah diterapkan di wilayahnya sejak lebih dari satu tahun lalu.
“Kami menggunakan Tepuk Sakinah sebagai cara mencairkan suasana, supaya peserta tidak bosan selama menerima materi,” kata Darmawan.
Ia menyebut, Tepuk Sakinah bisa dilakukan di awal kegiatan sebagai pembuka, di tengah sesi untuk menyegarkan suasana, atau bahkan di akhir sebagai penutup.
Dalam bimbingan tersebut, peserta diberikan materi inti tentang lima pilar keluarga sakinah: Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (akad yang kuat), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling mencintai dan berbuat baik), Musyawarah (komunikasi dalam keluarga), dan Taradhin (saling ridha).