Selanjutnya, asset rampasan berupa logam timah Rfe 29 bundle (29 ton), mess karyawan 1 unit, kendaraan 53 unit, tanah 22 bidang seluas 238.848 m²; alat pertambangan 195 unit, logam timah 680.687,6 kg, 6 unit smelter, serta uang tunai yang telah disetorkan ke kas negara senilai Rp202.701.078.370, USD3.156.053, JPY53.036.000, SGD524.501, EUR765, KRW100.000, dan AUD1.840.
Presiden Prabowo menyebut nilai aset yang berhasil disita dan diserahkan mencapai Rp6 triliun hingga Rp7 triliun. Nilai tersebut belum termasuk tanah jarang (rare earth/monasit) yang nilainya bisa jauh lebih besar.
“Nilainya dari enam smelter dan barang-barang yang disita mendekati enam sampai tujuh triliun. Tapi, tanah jarang yang belum diurai, mungkin nilainya lebih besar, sangat besar, tanah jarang. Monasit ya, monasit itu satu ton itu bisa ratusan ribu dolar, 200 ribu dolar,” ungkap Presiden.
Baca Juga:Pekan Sibuk Kejari Cirebon: Periksa Saksi-saksi, Pemeriksaan Kasus Gedung Setda hingga BPR Bank CirebonPresiden Prabowo tentang Kepemimpinan di TNI, Prestasi, Bukan Senioritas
Presiden Prabowo juga menambahkan bahwa total kerugian negara akibat kegiatan tambang ilegal di kawasan PT Timah ini telah mencapai sekitar 300 triliun rupiah.
Jumlah yang mencerminkan besarnya kebocoran kekayaan negara yang harus segera dihentikan.
“Kita bisa bayangkan kerugian negara dari enam perusahaan ini saja, kerugian negara total 300 T. Kerugian negara sudah berjalan 300 triliun, ini kita berhentikan,” pungkas Presiden Prabowo. (rc)