Potensi Masa Depan Kebudayaan Kota Cirebon

Wawan Hernawan
Wawan Hernawan
0 Komentar

Oleh: Wawan Hernawan ( pemerhati dan praktisi budaya)

KOTA CIREBON memiliki potensi luar biasa sebagai pusat kebudayaan dan seni di Jawa Barat, bahkan di tingkat nasional. Letaknya yang strategis di jalur pantai utara Jawa menjadikan Cirebon sebagai simpul pertemuan berbagai kebudayaan—Sunda, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Eropa—yang berpadu harmonis dalam satu ruang sejarah panjang. Cirebon bukan sekadar kota pesisir, tetapi juga kota warisan budaya yang masih hidup hingga kini.

Jejak masa lalu yang terpelihara di dalam keraton-keraton, vihara, masjid tua, dan bangunan peninggalan Belanda merupakan bukti nyata bahwa Cirebon memiliki akar sejarah dan kebudayaan yang kuat.

Salah satu keunggulan Cirebon adalah keberadaan cagar budaya yang masih lestari dan terus dijaga oleh masyarakat maupun lembaga adat. Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabon menjadi poros sejarah yang tak hanya berfungsi sebagai situs wisata, tetapi juga pusat spiritual dan pendidikan budaya.

Baca Juga:Siapa yang Layak Disebut Budayawan?Mendirikan Sekolah Tinggi Seni dan Budaya di Cirebon

Di kawasan Pecinan, berdiri megah Vihara Dewi Welas Asih yang telah berusia ratusan tahun, menjadi simbol toleransi antarumat beragama yang telah tumbuh sejak masa lampau. Sementara itu, bangunan-bangunan bergaya kolonial di sekitar alun-alun Kejaksan dan Lemahwungkuk memperkuat citra Cirebon sebagai kota yang kaya dengan nilai historis dan arsitektur klasik.

Kekayaan budaya inilah yang seharusnya menjadi fondasi utama bagi pembangunan masa depan Kota Cirebon. Jika dikelola secara kreatif dan berkelanjutan, warisan budaya ini bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi baru melalui industri pariwisata, ekonomi kreatif, dan pendidikan budaya.

Pariwisata berbasis budaya (cultural tourism) dapat dikembangkan dengan pendekatan yang lebih modern tanpa kehilangan nilai-nilai tradisi. Misalnya, wisata tematik yang menggabungkan kunjungan ke keraton, museum batik, pertunjukan tari topeng, hingga kuliner khas Cirebon seperti empal gentong, nasi jamblang, dan tahu gejrot.

Cirebon juga dapat menjadi laboratorium pendidikan toleransi di Indonesia. Sejarah panjang interaksi antar-etnis dan antar-agama yang damai merupakan warisan berharga yang bisa diajarkan kepada generasi muda.

Program edukasi lintas budaya, festival multikultural, dan kegiatan seni lintas iman dapat memperkuat posisi Cirebon sebagai kota toleransi dan harmoni sosial. Beberapa tahun terakhir, kegiatan Thudong yang difasilitasi oleh Laskar Macan Ali Nuswantara berhasil mengharumkan nama kota Cirebon di tingkat nasional dan internasional.

0 Komentar