Pesona Sunyi di Petilasan Sunan Kalijaga, Ritual, Kera, dan Kesetiaan Juru Kunci Menjaga Jejak Wali

Juru Kunci Petilasan Kalijaga Cirebon
SETIA: Juru Kunci Petilasan Kalijaga Cirebon, Raden Edi, saat ditemui Radar Cirebon di petilasan setempat. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Mereka senang bercermin, menyukai makanan manis, dan memilih makanan seperti manusia pula.

Kadang pengunjung terkekeh melihat seekor kera menatap pantulan dirinya di kaca spion motor atau botol air mineral.

Bagi sebagian orang, tingkah itu mungkin sekadar lucu. Namun bagi Edi, itu adalah pengingat — bahwa semua makhluk di sini hidup berdampingan di bawah berkah sang wali.

Baca Juga:Uji Kandungan Zat Berbahaya, BBWS Cimancis Ambil Sampel Sedimen Sungai Sukalila Rakerda PD IPARI Kota Cirebon Perkuat Peran Penyuluh Agama

Sebelum mencapai makam utama, peziarah akan melewati Pintu Bacam, gerbang pertama yang menandai batas area suci.

Setelah itu, ada Pintu Keramat, yang memisahkan pelataran dengan area makam Sunan Kalijaga.

Di tempat inilah Edi paling sering berdiri, menyambut tamu dan menjaga kebersihan.

Situs ini berstatus cagar budaya di bawah pengawasan pemerintah.

Namun banyak hal di sini bertahan berkat swadaya masyarakat dan para peziarah, termasuk Masjid Keramat Sunan Kalijaga yang kini berdiri megah setelah direnovasi lima tahun lalu.

Sebagian besar biaya perawatan berasal dari sumbangan sukarela para peziarah yang merasa mendapatkan keberkahan.

Bagi Edi, selama napasnya masih ada, Sunan Kalijaga tak boleh dilupakan. Di tangannya, sejarah dan spiritualitas itu tetap hidup.

Di bawah rindang pohon dan sorot mata kera yang seolah memahami manusia, Petilasan Sunan Kalijaga terus bercerita, tentang kesetiaan, doa, dan waktu yang tak pernah berhenti berjalan. (ade)

0 Komentar