JAKARTA – Isu lama di tubuh Timnas Indonesia kembali mencuat. Seperti biasa, gonjang-ganjing internal menghantam sepak bola Indonesia setelah Patrick Kluivert resmi dipecat oleh PSSI pada Jumat (17/10) lalu. Ada kabar kalau pemecatan Shin Tae-yong beberapa bulan lalu dipicu tekanan dari pemain naturalisasi asal Belanda.
Kabar tersebut beredar setelah anggota DPR RI, Andre Rosiade, mengungkapkan bahwa salah satu pemain naturalisasi sempat menekan jajaran petinggi PSSI agar Shin Tae-yong (STY) disingkirkan dari kursi pelatih kepala tim nasional Indonesia saat itu.
Menurut Rosiade, konflik tersebut bermula pasca kekalahan 1-2 dari Tiongkok pada babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026, Oktober 2024. Dalam laga itu, strategi eksperimen STY dianggap gagal dan memicu ketegangan di ruang ganti.
Baca Juga:Golden Boy 2025 Segera Diumumkan, Ini Dia Profil Calon PeraihnyaTokoh Masyarakat Cikedung H Rohadi Apresjasi Kunker Asrenum Panglima TNI dan Wakasad di Indramayu
“Pemain itu mengatakan kepada Kepala Timnas Sumardji, kalau Shin Tae-yong tidak pergi, maka saya yang akan pergi. Anda bisa konfirmasi langsung ke Sumardji atau dokter tim. PSSI juga jarang membantah hal ini,” ungkap Rosiade yang dilansir dari eVnExpress.
Pernyataan itu disebut menjadi titik awal upaya melengserkan pelatih asal Korea Selatan tersebut. Meski sempat membawa Indonesia menang bersejarah 2-0 atas Arab Saudi, STY akhirnya diberhentikan usai kegagalan di Piala ASEAN 2024 bersama skuad U-20.
Dalam pernyataan resminya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengakui adanya ketegangan antara STY dan beberapa pemain, meski tidak menyebut nama secara langsung.
Media-media nasional juga melaporkan bahwa keputusan menunjuk Patrick Kluivert sebagai pengganti STY tak lepas dari keinginan sejumlah pemain naturalisasi Belanda yang kini mendominasi sekitar 65 persen skuad Garuda.
Namun, perjalanan Kluivert tak lebih mulus. Meski diperkuat nama-nama besar seperti Ole Romeny, Joey Pelupessy, dan Dean James, performa Timnas Indonesia di bawah asuhannya tak kunjung membaik. Dari enam laga di kualifikasi Piala Dunia, Garuda hanya mampu mencatat dua kemenangan dan empat kekalahan, dengan catatan kebobolan 15 gol.
“Gagalnya Indonesia lolos ke Piala Dunia menjadi momen penting untuk membuka tabir ini,” lanjut Rosiade.
“Ke depan, PSSI harus memastikan tidak ada pemain yang merasa lebih berkuasa daripada tim nasional itu sendiri,” pungkasnya.