KDM dengan Segala Titahnya di Dunia Pendidikan, Heboh di Awal, Hilang Arah di Ujung

KDM dengan Segala Titahnya di Dunia Pendidikan
Infografis Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat dengan Segala Titahnya di Dunia Pendidikan, Heboh di Awal Redup di Tengah Jalan. Infografis: Eep-Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Program besar Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di bidang pendidikan pernah mencuri perhatian.

Gagah di awal, redup di tengah jalan. Mulai dari barak militer pelajar, pembatasan jam malam, hingga larangan motor bagi siswa tanpa SIM.

Semuanya lahir dari semangat pembinaan moral dan kedisiplinan pelajar. Tapi di lapangan, jejaknya kini nyaris tak terlihat.

Baca Juga:Diskusi di Radar Cirebon, Kaesang Sebut PSI Masih Harus Kerja Keras di JabarDamkar Turun Tangan, Bocah 8 Tahun Terjebak di Mobil Selama 90 Menit

Pertengahan Juli lalu, tiga siswa SMAN 8 Cirebon dikirim ke Bandung. Mereka bukan siswa berprestasi. Mereka justru anak-anak yang kehilangan arah. Malas sekolah, rendah motivasi, dan kurang disiplin.

Selama 15 hari, mereka digembleng di barak militer. Hidup keras dijalani: bangun sebelum subuh, baris-berbaris, lari pagi, latihan fisik, hingga pendidikan karakter.

Mereka pulang dengan wajah berbeda. Lebih rapi, percaya diri, dan rajin masuk sekolah.

Program itu bernama Kaderisasi Dasar Militer (KDM). Salah satu gebrakan Dedi Mulyadi yang sempat dijadikan contoh pembinaan pelajar bermasalah.

Tapi baru sekali jalan, program itu berhenti. Resminya: dihentikan untuk evaluasi.

Wakasek Humas SMAN 8 Cirebon, Siarudin, mengatakan tak ada kekerasan dalam pelaksanaan. Semua siswa mendapat izin orang tua dan pendampingan penuh.

“Setelah pulang, absensi mereka membaik. Sikap juga lebih sopan,” ujarnya kepada Radar Cirebon di sekolah setempat, Senin (20/10/2025).

Baca Juga:BLT Tambahan Cair Hari Ini, Tepat 1 Tahun Prabowo-Girban, Termasuk Program Magang NasionalBKPSDM Kabupaten Cirebon Verifikasi Perpanjangan Kontrak PPPK Generasi Pertama

Namun, penghentian tiba-tiba membuat sekolah bingung. Program yang dinilai efektif itu tak berlanjut.

Alasan resminya berkisar pada anggaran dan isu hak anak. Tapi di lapangan, menjadi kebijakan tanpa kesinambungan. Langkah besar yang berhenti di tengah jalan.

Kebijakan berikutnya: pembatasan aktivitas malam bagi pelajar. Di awal penerapan, Kota Cirebon tampak berubah. Patroli malam digelar serentak. Forkopimda turun ke jalan.

Di SMAN 8 Cirebon, guru bahkan dijadwalkan patroli malam. Dua orang per regu. Satu malam, satu regu.

Menyusuri titik-titik keramaian, menegur siswa yang masih berkeliaran di atas jam yang ditentukan. Anak-anak cepat bubar. Warga mendukung. Pemerintah terlihat tegas.

Tapi semangat itu tak bertahan lama. Setelah tim gabungan resmi dibentuk oleh Pemkot Cirebon, sekolah berhenti patroli. Tugas dianggap sudah diambil alih aparat.

0 Komentar