“Siswa terlalu banyak, apa jadinya yang duduk di belakang, tak kelihatan guru,” keluh Zihan, wali murid dari Kelurahan Drajat, Kota Cirebon kepada Radar Cirebon, Senin (20/10/2025).
Tujuan awalnya memang mulia: menampung lebih banyak siswa agar tak putus sekolah. Tapi tanpa ruang tambahan, hasilnya justru sebaliknya. Belajar jadi tak nyaman.
Masalah transportasi juga bikin aturan kehilangan logika. Larangan bawa motor tanpa SIM sulit diterapkan bagi anak yang jauh ke sekolah. “Sekolah anak saya 30 kilometer dari rumah. Angkutan umum belum jalan saat (sebelum) subuh,” kata Emi, warga Susukan, Kabupaten Cirebon.
Baca Juga:Diskusi di Radar Cirebon, Kaesang Sebut PSI Masih Harus Kerja Keras di JabarDamkar Turun Tangan, Bocah 8 Tahun Terjebak di Mobil Selama 90 Menit
Ia menambahkan, ojek online pun belum menjangkau. Kalau ada, tarifnya tak masuk akal. Jarak terlampau jauh. Anak akhirnya tetap bawa motor, meski tanpa SIM.
Di Kota Cirebon, parkir liar di sekitar sekolah bermunculan di pinggir jalan dan halaman warga. Sebagian orang tua justru memilih tutup mata. “Daripada terlambat tiap hari,” ujar Suleman, warga Kesambi, Kota Cirebon.
Dilema pun tumbuh: patuh aturan atau realistis. Aturan yang dulu tampak gagah kini tinggal kenangan. Heboh di awal, hilang arah di ujung. (ade/cep)
