RADARCIREBON.ID – Ini pendapatan yang lumayan besar bagi para peserta Program MagangHub. Mereka bisa mendapatkan uang saku yang setara dengan Upah Minimum Kota/Kabupaten atau UMK.
Tapi apakah program yang menghabiskan anggaran Rp 1,4 triliun itu bisa menyelesaikan akar masalah pengangguran S1 di Indonesia? Atau justru cuma bantuan sosial atau bansos yang dibungkus program magang?
Dua pertanyaan itulah yang dibahas oleh akun konsultan keuangan dan bisnis “100 Juta Pertama” dalam unggahan di media sosial X, belum lama ini.
Baca Juga:Respons Konten KDM, Aqua Sampaikan Klarifikasi: Air Aqua Berasal dari 19 Sumber Air PegununganKDM Sambangi Bank Indonesia, Jangan Curiga Lagi Pemda Simpan Uang Deposito
Diungkapkan akun itu, Program MagangHub per 20 Oktober 2025 resmi diluncurkan. Sementara itu untuk tahun ini ada 2 tahap pelaksanaannya.
Pada tahap pertama ini, tandasnya, ada 20 ribu peserta yang sudah lolos seleksi. Antusiasnya pun sangat tinggi. Karena ada 156.159 orang pendaftar yang ikut program ini pada tahap pertama.
Untuk tahap kedua, ujarnya, akan dimulai November 2025. Untuk tahap ini kuotanya lebih banyak lagi. Ada 80 ribu orang yang bakal diterima.
“Untuk tahun 2025, pemerintah bakal membuka 100 ribu peserta untuk program baru ini,” ujarnya sambil mengatakan jika para peserta program ini berasal dari lulusan S1 dan diploma.
Seperti yang telah dijelaskan, dana yang disiapkan dari pemerintah untuk MagangHub cukup besar. Nilainya mencapai sekitar Rp1,4 triliun.
Tentu yang paling menarik dari Program MagangHub soal uang sakunya. Para peserta akan mendapatkan uang saku setara UMK. Dengan durasi magang kurang lebih 6 bulan.
Tapi, apakah program ini bakalan mampu mengurangi pengangguran di Indonesia, khususnya di kalangan sarjana? Mengingat, data pengangguran lulusan S1 dan diploma jumlahnya sekitar 1,1 juta orang.
Baca Juga:Mengapa Lulusan S2 di Indonesia Banyak yang Bisnis F&B? Ternyata Begini AlasannyaKDM Klarifikasi ke BI Soal Deposito Rp4,1 T yang Disebut Purbaya: Jadi Uang yang Diendapkan Tidak Ada
Akun itu pun mengutip pernyataan pengamat ketenagakerjaan UGM, Tadjudin Nur Effendi, jika program MagangHub bakal menjadi tantangan untuk pemerintah. Karena peserta, setelah masa magang selesai, tak ada jaminan mendapatkan pekerjaan.
Menurut Tadjudin, program ini sifatnya temporer. Perusahaan pun tak bertanggung jawab untuk menerima peserta magang bekerja di korporasinya.
Terus, jumlah pengangguran S1 ada 1 juta-an. Sementara program magang hanya nerima 100 ribu peserta. Sisanya bagaimana?
Tadjudin menjelaskan, program ini bagus. Hanya saja tak sepenuhnya bisa membereskan”akar” persoalan pengangguran. Khususnya untuk kalangan lulusan sarjana dan diploma.
