RADARCIREBON.ID – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, gagal paham dengan konsep air pegunungan yang menjadi jargon dalam iklan Aqua.
Bahkan, Kang Dedi Mulyadi (KDM) dengan enteng menyebut sumber mata air Aqua berasal dari sumur bor.
Terminologi sumur bor tersebut, ternyata memantik salah paham masyarakat terhadap sumber mata air dari brand Aqua.
Baca Juga:Selidiki Anggaran yang Diendapkan, KDM Datang ke BPKKA Purwojaya yang Anjlok di Stasiun Kedunggedeh Bekasi Angkut 232 Penumpang
Jauh sebelum muncul polemik tersebut, Ahli Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Heru Hendrayana menjelaskan bahwa air pegunungan tidak selalu berarti air yang diambil persis di kaki gunung.
Jarak puluhan kilometer pun masih bisa dihitung sebagai bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan.
“Contohnya Bogor banyak airnya berasal dari Gunung Salak. Di Jogja dan Klaten, sumber airnya dari Gunung Merapi. Jadi, tidak harus dekat dengan gunung, yang penting berasal dari akuifer dalam,” kata Heru, dikutip dari Antara pada artikel yang diterbitkan 15, September 2025.
Menurut dia, air di kedalaman lebih dari 60 meter lebih aman dari polusi, air pegunungan umumnya memiliki kandungan mineral alami yang lebih kaya dibanding air tanah dangkal di perkotaan.
“Inilah yang menjadi salah satu nilai tambah air pegunungan untuk kebutuhan AMDK,” jelasnya.
Namun, mendapatkan air pegunungan bukan perkara mudah. Industri AMDK besar harus berinvestasi besar dalam pengeboran sumur dalam yang ia sebut bisa mencapai Rp2 miliar.
“Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa klaim air pegunungan bukan sekadar jargon pemasaran. Industri AMDK melibatkan penelitian ilmiah, tenaga ahli hidrogeologi, dan investasi besar agar produk yang sampai ke tangan konsumen benar-benar aman, sehat, dan berkualitas,” ucap Heru.
Baca Juga:Tips Sangat Bagus bagi Kaum Nillionare; Catat dan Analisis Keuangan Tiap HariSetidaknya 7 Hal Ini Hanya Ada di Kota Sabang, Salah Satunya Bisa Jadi Inspirasi
Menurut dia, air tanah dangkal memang lebih rentan terpolusi. Sebab, bisa terkontaminasi septic tank, sampah, dan limbah rumah tangga. Sedangkan air tanah dalam relatif lebih higienis dan sehat.
Menurutnya, hal tersebutlah yang membuat industri AMDK besar lebih memilih air pegunungan yang berasal dari akuifer dalam. Industri biasanya tidak sembarangan mengambil air, melainkan melibatkan penelitian mendalam oleh ahli hidrogeologi untuk memastikan sumbernya.
“Mereka meneliti asal-usul air tanahnya agar benar-benar dari pegunungan, bukan asal ambil,” tambahnya.
