Minimnya waktu di lapangan tentu memengaruhi ritme dan kepercayaan dirinya. Namun, di usia 27 tahun, Oratmangoen masih memiliki kesempatan untuk bangkit dan merebut tempat di skuad utama. Tekadnya bertahan di level tertinggi sepak bola Eropa patut diapresiasi.
Meski menempuh jalan berbeda, baik Hubner maupun Oratmangoen tetap memiliki peran penting untuk masa depan Timnas Indonesia. Hubner dikenal tenang dan tangguh di lini belakang, sementara Oratmangoen menghadirkan kreativitas dan visi permainan di sektor serangan.
Perbedaan nasib mereka menjadi gambaran realistis perjuangan pemain Indonesia di Eropa: tidak semua langsung mendapat tempat utama, namun konsistensi dan kerja keras akan menjadi pembeda.
Baca Juga:Bupati Lucky Ajak Warga Dadap Gotong Royong Tingkatkan Sektor PerikananDua Desa di Kuningan Selatan Ditetapkan Sebagai Kampung Siaga Bencana
Musim masih panjang, dan peluang masih terbuka bagi keduanya untuk terus berkembang. Jika mampu menjaga performa dan mental, Hubner dan Oratmangoen bisa menjadi contoh nyata bahwa pemain diaspora Indonesia mampu bersaing di panggung Eropa dengan semangat dan profesionalisme tinggi. (net)