Kholdun Sholah lahir di Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Arkeolog muda ini sedang menyelesaikan S2 di Inggris. Bagaimana kisahnya?
Perkenalan dengan Kholdun Sholah terjadi tidak sengaja. Pagi itu, Calon Doktor Arkeologi di Universitas Indonesia, Sinta Ridwan, tiba-tiba menghubungi via DM Instagram. “Kebanggaan Cirebon ini, Kholdul Sholah. S1 Arkeologi UGM dan sekarang S2 di SOAS London,” tulis Sinta.
Kontak kemudian terjalin dengan Kholdun Sholah, di sela menyaksikan presentasi tugas akhir Yori Setiyawan di Universitas Melbourne, Australia. Cirebon, ternyata tidak kekurangan arkeolog dan anak-anak muda yang menekuni sejarah.
Baca Juga:WOW! Tunggakan Ijazah SMK Swasta di Kota Cirebon Rp16 MiliarPolemik Test KID di Komisi I DPRD Kota Cirebon, Ada Masalah Etika, Salah Satu Harus Mundur
Sepengetahuan penulis (Anda boleh menambahkan) saat ini ada Sinta Ridwan yang calon doktor di UI. Kemudian Khodun Sholah yang kisahnya ditulis dalam tulisan ini. Kemudian ada Yori Setiyawan dan Nabila Putri yang baru menyelesaikan S1 Arkeologi di UI dan sedang mencari beasiswa S2 di luar negeri. Di tengah ramainya orang menekuni teknologi informasi, kecerdasan buatan dan algoritma, kenapa mereka justru mendalami studi sejarah?
Kita mulai dengan kisah Kholdun Sholah. Pemuda kelahiran Desa Ender tahun 2000. Kholdun menempuh pendidikan di SDN 2 Ender, lalu melanjutkan ke MTsN 1 Cirebon, dan SMAN 1 Babakan. Tekadnya ketika SMA adalah melanjutkan ke perguruan tinggi.
Itu adalah pesan dari ayahnya yang tak sanggup melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena biaya. “Ayah saya hanya lulusan SMA dan ibu saya lulusan SMP. Dari kecil bapak saya bilang, harus sampai perguruan tinggi,” kata Kholdun saat berbincang dengan Radar Cirebon.
Di bangku SMA, Kholdun sudah tertarik dengan pelajaran sejarah. Sehingga sejak awal sudah berniat kuliah di jurusan sosial. Begitu SMA kelas XII mulai mencari informasi mengenai jurusan arkeologi. “Arkeologi ini mirip sejarah, tapi arkeologi belajar benda-bendanya. Ternyata saya lebih tertarik ke situ,” ucapnya.
Belum cukup yakin, Kholdun kemudian berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling. Dari situ motivasi dan tekad makin berlipat. “Saya ikut tes dan masuk ke UGM jurusan arkeologi. Saat saya S1 di UGM tertarik belajar peninggalan Hindu-Budha di Indonesia,” tuturnya.
