RADARCIREBON.ID- Aktivitas di Markas Polres Cirebon Kota (Ciko) tampak sibuk sejak empat hari terakhir. Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berkantor sementara di sana, terus memeriksa sejumlah saksi terkait kasus yang menyeret anggota DPR RI, Satori.
Sedikitnya delapan orang diperiksa pada Jumat (31/10/2025). Mereka diduga memiliki hubungan langsung dengan Satori, terutama terkait dengan transaksi sejumlah aset seperti tanah, rumah, hingga kendaraan.
Pantauan Radar Cirebon, para saksi mulai berdatangan ke Mapolres Ciko sejak pukul 10.00 WIB. Pemeriksaan sendiri dilakukan di ruang Bhayangkari. Dalam ruangan berukuran sekitar 7×4 meter itu, penyidik memeriksa para saksi secara bergantian, dengan durasi lebih dari satu jam untuk setiap saksi.
Baca Juga:Daerah Sepenting Cirebon Mesti Punya Museum yang MemadaiKesan Hamdan Selama Jadi Kajari Kota Cirebon, Kini Digantikan Alamsyah
Salah satu saksi, pria berusia 58 tahun asal Kecamatan Jamblang, mengaku diperiksa karena pernah menjual rumah warisan orang tuanya kepada Satori. “Saya cuma jual rumah warisan. Tidak tahu uangnya dari mana, karena hanya transaksi biasa saja,” ujar saksi yang enggan disebutkan namanya itu.
Saksi lain berinisial M, teman masa kecil Satori, juga diperiksa karena pernah bekerja di bawah perintah Satori dalam sejumlah proyek pembangunan. Ia mengaku sempat kaget menerima surat panggilan dari KPK.
“Saya awalnya kaget dapat surat panggilan. Kok saya ikut diperiksa? Padahal saya tidak tahu menahu kasus itu. Jadi saya minta petunjuk beliau (Satori, red). Beliau suruh datang saja, jadi kami datang,” tutur M kepada Radar Cirebon.
M termasuk lama diperiksa. Sejak pukul 10.00 hingga siang hari. Berbagai pertanyaan diajukan penyidik. Dari mulai honor untuk dirinya, pekerjaan yang dilakukan, dengan siapa saja, dan semua yang berkaitan dengan Satori.
M mengaku sudah lima tahun jadi orang kepercayaan Satori dalam hal pembangunan. Baik itu rumah, ruko, jembatan, dan lainnya. “Saya jujur saja saat ditanya KPK, apa adanya,” terangnya.
Penyidik KPK juga memeriksa sejumlah pekerja proyek atau pekerja bangunan dan dua orang notaris. Notaris sendiri dimintai keterangan mengenai transaksi jual beli tanah dan bangunan milik Satori, sementara para pekerja ditanya soal sumber pembayaran honor mereka.
