RADARCIREBON.ID – Sekarang ini sepertinya sedang terjadi anomali ekonomi. Ketika kondisi perekonomian sedang terpuruk, namun barang sekunder justru naik lumayan tinggi.
Kondisi anomali ekonomi inilah yang diungkap oleh akun konsultan keuangan dan bisnis “100 Juta Pertama” dalam postingannya di media sosial X, belum lama ini.
Akun itu mencontohkan, barang sekunder seperti produk skincare justru naik 28 persen. Bahkannilai transaksinya mencapai Rp36,1 triliun. Sebuah kenaikan yang luar biasa besar.
Baca Juga:Harga Emas Naik Luar Biasa, Sinyal Menuju Krisis Global, Apa yang Harus Dilakukan?Kecelakaan Truk di Plangon, Pengemudi Luka-luka
Apakah kenaikan barang sekunder tersebut merupakan adanya tanda-tanda ekonomi mulai membaik? Akun itu justru me-warning untuk berhati-hati. Jangan sampai terjebak dalam impulsif spending.
Padahal, kata akun itu, setiap hari ada saja berita tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di mana mana. Bahkan perusahaan besar sekelas Michelin melakukan PHK terhadap 280 pegawainya.
Akun itu menyebut jika kondisi sekarang ini memang sedang terjadi semacam anomali ekonomi. Ketika banyak PHK, tetapi penjualan barang sekunder justru meledak.
Mengutip pendapat pengamat, fenomena ini disebut dengan “beauty economy effect”. Artinya ketika keadaan ekonomi melemah, masyarakat tetap memburu produk kecil yang membuat mereka merasa “lebih baik”.
Masyarakat melakukan itu bukan karena mereka kaya. Mereka memilih hal itu karena membutuhkan “dopamin kecil” untuk sekadar waras.
Akun tersebut mengutip data dari Goodstat. Misalnya rata-rata transaksi skincare di e-commerce meningkat 28% dari tahun sebelumnya. Bahkan nilai transaksinya sampai Rp36,1 triliun di semester I tahun 2025.
Memang tidak mengherankan, kata akun itu. Soalnya dari Tokopedia insight 2025 pun mengatakan jika 7 dari 10 pembeli Gen Z dan milenial mengaku skincare sudah menjadi kebutuhan wajib tiap bulan.
Baca Juga:Anggota Dewan Kota Cirebon Subagja Investigasi Parkir di Jl Pasuketan, Temukan KejanggalanKDM Rotasi Kepala Sekolah, Termasuk 54 Kepsek di Cirebon – Kuningan
Tapi mengapa bisa seperti itu? Akun tersebut mengungkap, daya beli memang sedang menurun. Skincare juga hanya merupakan kebutuhan sekunder. Namun sekarang ini sudah terjadi perubahan perilaku konsumen.
Disebutkan akun itu, pada awalnya mereka membeli skincare gara-gara “self-love”. Namun kemudian berubah hingga menjadi “basic daily need”. Hal tersebut yang membuat tren industri kecantikan naik gila-gilaan di Indonesia.
Fenomena ini, lanjutnya, bisa menjadi kabar baik. Hanya saja dari sisi keuangan personal, ada dampak jangka panjang yang tidak baik.
