RADARCIREBON.ID – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung menggelar Apel Siaga Bencana di kantor BBWS, Jalan Ahmad Yani, Kota Cirebon.
Kegiatan ini digelar serentak di seluruh BBWS di Indonesia dan terhubung secara daring dari Jakarta, dipimpin langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo.
Apel tersebut digelar untuk menghadapi meningkatnya intensitas hujan di berbagai wilayah.
Baca Juga:TNI AL dan Pemkab Cirebon Tanam 250 Ribu Pohon Mangrove, Begini Pesan Bupati ImronHadirkan Taman Apik untuk Topang Potensi Wisata Religi
Dalam arahannya, Menteri Dody menekankan pentingnya kesiapan personel, ketersediaan alat berat, serta koordinasi lintas instansi. Respons cepat dan pemantauan kondisi sungai menjadi prioritas utama.
Kegiatan ini diikuti unsur TNI, Polri, BPBD, Dinas PUPR, serta instansi teknis lainnya. Peserta mengikuti arahan melalui layar LED yang terhubung langsung dengan pusat.
Sementara itu, para kepala balai BBWS di Jawa Barat menghadiri apel utama di Bandung untuk memperkuat koordinasi antarbalai dalam kesiapsiagaan regional.
Usai pengarahan, BBWS Cimanuk Cisanggarung menampilkan berbagai peralatan yang disiapkan untuk menghadapi potensi banjir dan longsor.
Di antaranya excavator amfibi untuk pekerjaan di rawa dan badan sungai berlumpur, excavator standar untuk pengerukan, dump truck dan truk operasional untuk mobilisasi material, serta perahu karet untuk akses wilayah tergenang.
Selain itu, disiagakan juga kendaraan roda tiga lapangan, alat penyedot dan pembersih sedimen, serta drone untuk pemantauan udara.
Peralatan pendukung seperti sekop, dayung, rompi pelampung, dan perlengkapan keselamatan turut diperiksa.
Baca Juga:Polresta Cirebon Ajak Serikat Pekerja Jaga Kamtibmas dan Iklim InvestasiPemanfaatan Gedung Lama KONI Masih Tunggu Kepastian Hukum
Semua unit akan ditempatkan di titik-titik rawan dengan pemeriksaan teknis rutin.
Dalam apel juga disampaikan bahwa mitigasi akan dilakukan melalui monitoring curah hujan, pemantauan debit sungai, serta koordinasi dengan BPBD dan instansi daerah, termasuk aktivasi posko siaga.
Tim operasional diminta untuk siaga 24 jam, terutama di wilayah yang rawan genangan, sedimentasi, dan tanggul kritis.
Rangkaian apel ditutup dengan pengecekan personel dan sarana pendukung, sebelum seluruh peserta melanjutkan tugas masing-masing. (ade)
