RADARCIREBON.ID – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon Unit 1 belakangan kerap menjadi perbincangan, terutama sejak wacana pensiun dini mencuat. Lantas, seperti apa keseharian di dalam pembangkit yang ramah lingkungan itu?
Kesempatan berkunjung dan berkeliling ke area pembangkit tentu bukan hal yang datang setiap hari. Maka, saat tawaran itu muncul seusai Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Pensiun Dini PLTU Cirebon yang digelar di Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, ajakan tersebut langsung disambut antusias.
Beberapa awak media, baik dari Cirebon maupun Jakarta, diajak melihat langsung operasional PLTU Cirebon, Rabu (12/11/2025). Sebelum memasuki area utama, seluruh peserta diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD). Tujuan pertama adalah kolam penampungan debu sementara atau temporary ash pond.
Baca Juga:Ditunjuk Dedi Mulyadi, Helmy Yahya Batal Jadi Komisaris Bank BJB karena Ada Novum di OJKDiguyur Hujan Semalaman, Longsor Menimpa Rumah Warga
Kolam ini merupakan fasilitas wajib di PLTU untuk menampung fly ash dan bottom ash, dua jenis sisa pembakaran batu bara. Namun, di PLTU Cirebon Unit 1, kolam itu justru tak pernah digunakan.
“Temporary ash pond ini tak pernah kami pakai, karena kami telah bekerja sama dengan industri semen yang memanfaatkan 100 persen fly ash dan bottom ash dari PLTU,” jelas Yuda Panjaitan, Head of Communication Cirebon Power.
Sisa pembakaran batu bara tidak keluar ke udara karena disaring oleh alat bernama electrostatic precipitator (ESP). Alat ini bekerja layaknya magnet, menangkap debu sebelum naik ke cerobong asap.
Debu yang tertangkap dikumpulkan ke dalam silo, lalu dimasukkan ke truk tangki tertutup milik industri semen. Dengan sistem itu, 100 persen sisa debu PLTU Cirebon dapat dimanfaatkan kembali tanpa mencemari udara.
“Kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada polusi udara yang berasal dari debu batu bara. Kolam penampungan kami justru kini menjadi kolam air alami yang penuh vegetasi dan menjadi ekosistem bagi flora dan fauna,” lanjut Yuda.
Perjalanan kemudian berlanjut ke cooling tower, menara pendingin raksasa yang di atasnya terdapat 24 kipas besar. Di sini, air laut yang digunakan dalam proses pembangkitan didinginkan kembali sebelum dikembalikan ke laut.
