Berkunjung Ke PLTU Cirebon Unit 1, Sisa Debu Dimanfaatkan Lagi tanpa Mencemari Udara

kunjungan ke pltu cirebon 1
Wartawan dari media nasional dan lokal Cirebon termasuk pemerhati lingkungan, melakukan kunjungan ke PLTU Cirebon Unit 1. Foto: Cecep Nacepi - radarcirebon.id
0 Komentar

“Kalau air langsung dibuang, suhunya bisa mencapai 40 derajat Celsius. Tapi dengan sistem cooling tower, suhu air yang kembali ke laut berkisar antara 27-31 derajat celsius dan airnya jernih,” ungkap Yuda.

Kondisi itu terbukti aman karena ekosistem mangrove di sekitar area pembuangan (outfall) tumbuh subur. Padahal, mangrove dikenal sensitif terhadap perubahan suhu air.

Rombongan juga diajak menuju sisi timur pembangkit, tepatnya di muara Sungai Kanci. Di sana, sedimentasi sungai yang membawa lumpur terlihat jelas.

Baca Juga:Ditunjuk Dedi Mulyadi, Helmy Yahya Batal Jadi Komisaris Bank BJB karena Ada Novum di OJKDiguyur Hujan Semalaman, Longsor Menimpa Rumah Warga

“Sebelum PLTU beroperasi, muara Sungai Kanci ini tandus. Kami menanaminya dengan mangrove agar bermanfaat bagi masyarakat. Sekarang, kawasan ini menjadi habitat bagi ikan, kepiting, dan udang,” papar Yuda.

Tak hanya menjaga lingkungan, Cirebon Power juga aktif menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satunya pusat vokasi yang berfokus meningkatkan keterampilan masyarakat, terutama anak muda usia produktif.

Di pusat vokasi ini, warga mendapat pelatihan gratis di bidang teknisi otomotif, AC, listrik, pengelasan, hingga scaffolding. “Sejak 2018 hingga kini, sudah ada 1.408 peserta yang kami latih. Tujuannya agar masyarakat punya kemampuan yang bisa langsung digunakan untuk bekerja atau membuka usaha,” jelas Yuda.

Selain pelatihan vokasi, PLTU Cirebon juga membantu pembentukan kelompok ekonomi masyarakat, seperti kelompok petani lele dan nelayan kepiting di Desa Kanci Kulon.

“Awalnya mereka hanya melakukan penggemukan lele. Sekarang sudah bisa pembibitan dan menjual ke berbagai wilayah di Cirebon. Untuk nelayan, mereka melakukan penggemukan kepiting kecil yang didapat saat melaut. Dalam 14-15 hari, ukuran kepiting sudah layak jual dengan harga berlipat,” katanya.

Menurut Yuda, seluruh program tersebut dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.“Kami ingin tumbuh bersama masyarakat, membantu mereka meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup,” tandasnya.

0 Komentar