Konstruksi Disoal, Pemdes Losari Lor Tutup Jembatan Penghubung Jaten – Jabar 

Jembatan penghubung Jabar-Jateng
DITUTUP: Aparat keamanan meninjau bagian dinding pondasi jembatang gantung yang ambrol, kemarin. Jembatan penghubung Jabar-Jateng itu ditutup sementara. FOTO: DENY HAMDANI/RADAR CIREBON
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Kuwu (Kepala Desa) Babakan Losari Lor, Didi Sutardi mengaku terkejut saat menerima kabar ambrolnya jembatan gantung penghubung Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar) di di Desa Babakan Losari Lor Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon, kemarin.

“Saya benar-benar tidak tahu kronologinya. Kaget dengar jembatan ambrol,” ujar Didi Sutardi kepada Radar Cirebon.

Dijelaskannya, pembangunan jembatan gantung merupakan usulan desanya kepada Kementerian PUPR untuk memudahkan mobilitas warga antarprovinsi.

Baca Juga:Deteksi Dini Penyakit Menular di RutanPanen Karya SMA Negeri 4 Cirebon

“Banyak warga kami yang beraktivitas di Jawa Tengah untuk berdagang, bekerja, bertani. Ada juga tanah desa kami di wilayah Jateng. Tanpa jembatan, warga harus memutar hingga 8 kilometer ke Ciledug,” katanya.

Namun, selama proses pembangunan, pihak desa tidak pernah dilibatkan dalam koordinasi oleh kontraktor pelaksana.

“Tidak ada koordinasi sama sekali. Kami tidak mempermasalahkan itu, asalkan dikerjakan sesuai aturan dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Dengan adanya kerusakan ini, Didi tidak menampik munculnya anggapan miring dari masyarakat terkait kualitas pembangunan jembatan. “Masyarakat menilai pengerjaannya asal-asalan,” tuturnya.

Demi keamanan, pihak desa resmi menutup sementara jembatan gantung tersebut. “Untuk keselamatan warga, jembatan kami tutup,” ujar Didi.

Sementara itu, Yusuf, warga setempat, menduga jembatan tersebut ambrol pada malam hari. “Sepertinya kejadiannya tadi malam, untuk waktunya saya kurang tahu,” katanya.

Ia menilai kualitas konstruksi jembatan memang patut dipertanyakan. Sebab, dinding pondasi jembatan hanya menggunakan pasangan batu, sementara bagian dalamnya berisi urugan tanah. Struktur seperti itu menurutnya mudah rusak ketika terkena resapan air.

Baca Juga:ISI PEDARINGAN Transparansi Kelola Keuangan Kementerian Lingkungan Hidup Tinjau Program Adiwiyata Mandiri di SMPN 7 Cirebon

“Dindingnya cuma pasangan batu, bagian dalamnya tanah urug. Kena hujan sedikit saja air meresap, muncul retakan, lalu ambruk,” ungkapnya.

Padahal, lanjut Yusuf, hujan tidak lebat. Air Sungai Cisanggarung juga tidak dalam kondisi meluap. Jika debit air lebih tinggi, kerusakan bisa jadi jauh lebih parah.

“Padahal tadi malam tidak banjir. Kalau air sungai sampai meluap, mungkin kerusakannya lebih besar,” katanya.

Warga lainnya, Hadi, menyampaikan hal senada dan menilai pekerjaan jembatan tersebut terkesan asal-asalan. “Penahan jembatannya hanya tumpukan batu, dalamnya tanah urug. Sangat rawan,” kata Hadi. (den/sam)

0 Komentar